Liputan6.com, Sydney - Seri judul game (GTA) besutan Rockstar Games adalah salah satu ikon video game berkonten kekerasan yang terus mengundang kontroversi.
Namun entah mengapa, baik Rockstar Games selaku studio pengembang dan Take Two Interactive yang bertindak sebagai publisher seri game GTA, tidak pernah kapok untuk menghadirkan konten-konten kekerasan dan pornografi di dalamnya.
Bahkan di seri terbaru , konten kekerasan semakin brutal, adegan seks (pornografi) semakin nyata, dan malahan adegan penggunaan narkoba ditampilkan secara rinci.
Protes pun terus mengalir, terkini GTA V mendapat protes dari para pekerja seks komersial (PSK) di Australia. Tak tanggung-tanggung, protes yang dilancarkan kelompok PSK ini cukup serius hingga dua retailer video game terbesar di Australia, Target dan Kmart, memutuskan untuk menghentikan penjualan GTA V di seluruh cabangnya.
"Kami membicarakan hal ini pada banyak konsumen dan merasa keputusan untuk menghentikan penjualan GTA V sesuai dengan keinginan mayoritas konsumen," jelas Jim Cooper, General Manager Target seperti yang dikutip dari laman laman Gamespot, Kamis (4/12/2014).
Protes dimulai oleh tiga orang PSK asal Australia yang membuat sebuah petisi online menolak publikasi GTA V. Mereka menganggap GTA V mengandung konten kekerasan dan pelecehan terhadap wanita.
Selain itu, kelompok PSK juga mengkritisi sejumlah scene di GTA V yang menampilkan penganiayaan terhadap PSK. Bahkan di GTA V banyak ditampilkan scene pembunuhan PSK. Alhasil petisi tersebut menarik minat sekitar 40 ribu orang untuk turut menandatanganinya.
Dianggap Seni
Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV, CEO Take Two Interactive Strauss Zelnick melontarkan sebuah pendapat yang sangat kontroversial. Menurutnya, konten negatif dalam GTA V dan judul-judul game lainnya adalah 'seni'.
"Kami menciptakan sebuah kriminalitas dalam video game. Kami membuat dunia bawah tanah yang kelam, dan ini adalah seni!" Papar Zelnick
Zelnick berpendapat bahwa apa yang ia dan timnya coba sampaikan di dalam video game tidak berbeda dengan apa yang tersaji pada sebuah film.
"Kami tidak berbeda dengan sebuah film populer, atau acara televisi yang mengeksplorasi kehidupan manusia. Jadi intinya kami menciptakan sebuah alam semesta baru, alam semesta kriminal," terang Zelnick.
Apa yang diungkapkan Zelnick pastinya bertentangan dengan pendapat banyak orang. Namun faktanya konten kekerasan dan seksualitas di dalam video game mampu menjadi daya tarik utama yang digmari banyak orang.
Sebagai bukti, tak ada satu pun seri GTA yang tidak laku di pasaran. Seri GTA V bahkan menjadi salah satu fenomena dunia hiburan setelah terjual sekitar lebih dari 29 juta copy sejak diluncurkan pada akhir tahun 2013 lalu untuk platform konsol game PS3 dan Xbox.
(dhi/dew)
Advertisement