Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Valas, Farial Anwar memperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan berlanjut hingga akhir tahun ini.
Kondisi ini menepis proyeksi banyak orang yang optimistis kurs rupiah akan membaik di tangan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
"Tren pelemahan saya prediksi sampai akhir tahun, sudah pasti. Karena siapa yang mau jual atau lepas dolar AS ketika nilainya naik terus, sedangkan permintaan terus tinggi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Jumat (5/12/2014).
Farial memproyeksikan kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 12.250 sampai Rp 12.400 per dolar AS. Penyebabnya, volatilitas rupiah semakin besar. Sedangkan aktivitas perdagangan mulai berkurang karena mendekati tutup buku akhir tahun.
"Saya tidak terlampau optimistis dengan nilai tukar rupiah. Nggak jadi kenyataan kan, ganti pemerintahan baru rupiah menguat. Antara kenyataan dan harapan jauh, karena faktanya melemah terus," tegas dia.
Ruang penguatan kurs rupiah, dinilainya masih ada meskipun hanya sedikit. Itupun, sambung Farial, perlu dorongan dari sentimen pasar yang besar dan positif.
Namun semua itu terhambat oleh penahanan dolar AS dari eksportir, sehingga memicu penguatan mata uang itu terhadap mata uang negara lain.
"Euro, Yen Jepang, Bath Thailand, Peso Filiphina terhadap dolar AS melemah. Tapi yang paling parah adalah rupiah dari Rp 9.000 menuju Rp 12.300 per dolar AS sekarang ini. Jadi sudah nggak sehat," pungkas Farial. (Fik/Nrm)