Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini merilis efek jangka pendek dan jangka panjang dari paparan radiasi ponsel. Dikutip dari situs WHO, berikut ulasannya:
Efek jangka pendek
Mekanisme utama yang sebenarnya dikhawatirkan adalah energi frekuensi radio dan tubuh manusia. Pada frekuensi yang digunakan oleh ponsel, sebagian besar energi akan diserap oleh kulit dan jaringan lainnya, namun kenaikan suhu tersbeut diabaikan dalam otak atau organ tubuh lainnya.
Sejumlah studi saat ini telah meneliti efek dari medan frekuensi radio pada aktivitas listrik otak, fungsi kognitif, tidur, denyut jantung dan tekanan darah pada sukarelawan. Namun nyatanya, penelitian tidak menunjukkan bukti yang konsisten yang bisa memberikan efek kesehatan yang merugikan dari paparan medan frekuensi radio pada ponsel.
Efek jangka panjang
Penelitian epidemiologi sebelumnya telah memeriksa risiko jangka panjang dari paparan frekuensi pada ponsel. Ilmuwan menghubungkan antara tumor otak dan penggunaan ponsel. Hasilnya, sulit terdeteksi lantaran ponsel tidak banyak digunakan sampai awal 1990-an. Akhirnya, studi epidemiologi saat ini hanya dapat menilai kanker dihubungkan dalam efek jangka pendek.
Analisis dari 13 negara peserta dikumpulkan, namun lagi-lagi WHO tidak menemukan peningkatan risiko glioma atau meningioma dengan penggunaan ponsel lebih dari 10 tahun. Memang ada beberapa indikasi peningkatan risiko glioma bagi mereka yang sering menggunakan ponsel, tapi tidak ada tren yang konsisten dan menyebutkan kalau durasi juga berpengaruh.
Sedangkan kekhwatiran frekuensi radio medan elektromagnetik sebagai kemungkinan karsinogenik (pemicu kanker) pada manusia (Grup 2B)disebutkan masih bias.
Meski begitu, WHO telah mendirikan International Electromagnetic Fields (EMF), proyek yang didirikan sejak 1996 untuk menilai bukti ilmiah tentang efek kesehatan yang merugikan dari paparan radiasi ponsel. Rencananya, WHO akan melakukan penilaian dan mempelajari semua hasil kesehatan tersebut pada 2016.
Advertisement