Liputan6.com, Athena - Sabtu 6 Desember 2008, anggota pasukan pengawalan khusus Kepolisian Yunani, Epaminondas Korkoneas mengarahkan senapannya ke arah sekelompok pemuda yang sedang berjalan di Distrik Exarcheia, Athena.
Ada Alexandros Grigoropoulos di antara kumpulan remaja yang baru pulang pesta itu. Lalu...Dor! Suara tembakan meletus. Tiga peluru terlontar, salah satunya memantul, menembus dada pemuda 15 tahun itu dan memutus nyawanya.
Anggota polisi yang menembakkan senjatanya, Korkoneas dan seorang temannya Vassilis Saraliotis membela diri dengan mengatakan, mereka mendapat laporan adanya ricuh antara polisi dan sekitar 30 pelaku anarkis.
Exarcheia adalah distrik yang kerap bergejolak, populer dengan kaum anarkistisnya yang kerap bentrok dengan polisi.
Keduanya mengaku diserang dan terpaksa menembakkan 2 tembakan peringatan, 2 ke udara dan satu lainnya ke arah bawah, yang memantul dan menembus tubuh Grigoropoulos.
Namun, hasil investigasi polisi menunjukkan fakta berbeda. Peluru pembawa maut tersebut awalnya mengenai papan logam, sangat dekat dengan tempat korban berdiri. Peluru itu memantul (ricochet) dan menembus jantung Grigoropoulos. Ia pun tewas seketika di depan teman-temannya yang terpaku ngeri.
Saksi mata dan rekaman kejadian yang tertangkap kamera seorang pejalan kaki menguak, Koneas memang mengincar korban, pelurunya memang nyasar, tapi akhirnya memantul dan membunuh target. Padahal, sama sekali tak ada provokasi dari pihak korban.
Kabar penembakan oleh polisi itu menyulut rusuh di Exarchia. Lalu menyebar ke kota-kota lain di malam itu juga. Kerusuhan hari Sabtu menyebabkan 24 orang polisi terluka, satu orang terluka parah, dan 31 toko, 9 bank, dan 25 mobil rusak atau terbakar.
Advertisement
Pagi harinya, sejumlah siswa SMP dan SMA mogok dan menggelar protes. Awalnya di Athena lalu menjalar ke Thessaloniki dan seluruh negeri.
Sejumlah perkuliahan urung digelar. Para mahasiswa menduduki universitas sebagai bentuk protes. Para guru dan dosen tak tinggal diam, mendeklarasikan pemogokan massal selama 24 jam.
Gelombang protes menembus batas teritorial bahkan benua. Demonstrasi memprotes kekerasan oleh aparat digelar di Siprus, London, Berlin, Bologna, Venisia, New York, Istanbul, dan sejumlah kota di Australia. Para demonstran berseru, "Pak Polisi, senjata kalian bukan untuk membunuh kami..."
Seperti Liputan6.com kutip dari BBC, pada 2010 Epaminondas Korkoneas diganjar hukuman mati karena dinyatakan bersalah sengaja membunuh Alexandros Grigoropoulos. Sementara, patnernya, Vassilios Saraliotis dijatuhi hukuman 10 tahun bui.
Ibu korban, Gina Tsalikian menyebut, dua terhukum sebagai 'monster berkedok manusia".
Juru bicara keluarga Andreas Constantinou menyebut, keluarga korban gembira dengan vonis hakim. Keadilan, menurut mereka, telah ditegakkan.
"Tentu saja, Alexandros tak akan kembali, tidak bakal hidup kembali, namun yang paling penting bagi keluarga adalah nama baik mendiang telah dipulihkan," kata dia. Pemuda itu bukan ekstremis yang menentang polisi. Ia tewas ditembak dalam kondisi tak bersenjata.
Enam tahun berlalu setelah kematian tragis Alexandros Grigoropoulos. Namun, kekerasan aparat belum lagi tamat.
Kali ini di Amerika Serikat. Demonstrasi besar-besaran digelar di Kota New York, pascajuri pengadilan membebaskan seorang polisi berkulit putih yang diduga mencekik seorang pria kulit hitam hingga tewas, Eric Garner pada Rabu 3 Desember 2014.
Para pengunjuk rasa membawa peti mati di Jembatan Brooklyn dan berbaris dalam beberapa kelompok melalui Manhattan seraya membawa spanduk bertuliskan 'rasisme membunuh'.
Protes tersebut digelar tak lama setelah kejadian serupa terjadi di Ferguson, Missouri, Amerika Serikat.
Sesaat setelah juri memutuskan Darren Wilson, polisi yang menembak remaja kulit hitam Michael Brown bebas dari dakwaan, kerusuhan pecah. Warga yang marah mengamuk di jalanan, melempari aparat, menggulingkan mobil patroli, sejumlah toko dijarah. Ketegangan rasial menjalar ke seantero Negeri Paman Sam.
Tak hanya itu, akhir November lalu, seorang bocah berusia 12 tahun dilaporkan tewas ditembak pihak kepolisian. Gara-garanya, anak bernama Tamir Rice membawa pistol yang ternyata mainan. Warga yang prihatin mengelus dada.
Selain penembakan remaja yang memicu rusuh di Yunani, tanggal 6 Desember juga diwarnai sejumlah peristiwa penting.
Pada 1492, Christopher Columbus mendarat di Kepulauan Santo Domingo. Untuk mencari emas. Sementara pada 1862, Presiden AS Abraham Lincoln memerintahkan pelaksanaan eksekusi gantung 39 dari 303 warga Indian yang dinyatakan bersalah dalam Pemberontakan Sioux di Minnesota.
Sementara, pada 6 Desember 1917, kaum revolusioner Bolsheviks menahan Tsar Nicholas II dan keluarganya di Tobolsk. (Ein/Ali)