Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2015 diperkirakan akan menjadi tahun yang lebih baik jika dibandingkan dengan 2014 baik dari segi politik maupun ekonomi.
Meski demikian, Bank Indonesia (BI) mewanti-wanti kepada perbankan, meski kondisi ekonomi lebih baik harus tetap mewaspadai dua hal yang dapat memicu penurunan kinerja.
Advertisement
Kedua hal tersebut adalah rasio kredit bermasalah (Nett Performing Loan/NPL) dan likuiditas perbankan itu sendiri.
"Saat ini kami dan OJK terus berkoordinasi untuk konsen dan memantau terhadap risiko-risiko ini, kita punya alat untuk memonitor detik demi detik. Kita harus terus mencermati apakah risiko ini terhadap bank-bank dikarenakan faktor teknis atau apa," kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Darsono di Gedung Bank Indonesia, Selasa (9/12/2014).
Dia menilai, sumber-sumber ketidakseimbangan likuiditas juga terkait dengan ekspansi kredit bank yang dikelola dengan baik.
Oleh sebab itu, BI dan OJK harus dapat melihat bagaimana kondisi kredit dan bagaimana kondisi NPL perbankan.
"Itu kita monitor terus, karena risiko bank itu bukan saja berasal dari banknya itu sendiri, tapi bisa juga dari debiturnya yakni korporasi," ujar dia.
Dengan kondisi tersebut, BI bakal mencermati lebih dekat para debitor-debitor nakal (korporasi) yang menyebabkan kredit macet pada suatu bank.
Selain itu, BI dan OJK juga akan melihat apakah perusahaan korporasi tersebut memiliki nilai yang baik atau tidak dari segi utangnya.
"Leverage-nya masih wajar atau tidak, apakah korporasi tertentu rentan terhadap risiko-risiko tertentu apa tidak. Kita sudah ukur daya tahan korporasi kita seperti apa," tutup Darsono. (Yas/Nrm)