Bursa AS Melemah Dipicu Kebijakan China

Penurunan bursa AS dilihat dari Indeks saham S & P 500 turun kurang dari 0,1 persen menjadi 2.059,82 pada 16:00 di New York.

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Des 2014, 05:00 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot di awal pekan ini didorong aksi jual di sektor saham energi karena harga minyak melemah.

Liputan6.com, New York - Bursa Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada Rabu (selasa) ini, di mana indeks Standard & Poor 500 sedikit berubah setelah menghapus penurunan 1,3 persen, dipicu saham energi dan teknologi yang mengimbangi kekhawatiran atas China dan Yunani yang memicu aksi jual saham global.

Indeks saham S & P 500 turun kurang dari 0,1 persen menjadi 2.059,82 pada 16:00 di New York setelah kemarin meluncur paling dalam dalam tujuh minggu.

Sementara indeks Dow turun 51,28 poin  atau 0,3 persen ke posisi 17.801,20. Indeks Nasdaq 100 naik 0,4 persen dan indeks Russell 2000 rally 1,8 persen, di mana perusahaan energi rally ke posisi yang paling dalam tiga tahun.

"Kita memiliki beberapa perubahan nyata dalam situasi di China dan Yunani, namun itu tidak cukup untuk menjaga pasar bawah, yang sangat bullish," Matt Maley, strategi ekuitas untuk Miller Tabak & Co di Newton, Massachusetts, melansir laman Bloomberg.

Menurut dia, dengan kenaikan Russell dan Nasdaq menjadi hal yang mudah-mudahan akan membawa bursa AS keluar dari posisi ketat di minggu terakhir di tahun ini.

Saham Citigroup Inc dan Bank of America Corp turun setidaknya 0,6 persen karena penurunan saham keuangan, sementara Verizon Communications Inc, Merck & Co. dan AT & T Inc memimpin Dow Jones Industrial Average yang lebih rendah. Sementara itu, saham Newmont Mining Corp melonjak hampir 5 persen seiring kenaikan harga emas.

Ekuitas global melemah setelah China menyatakan obligasi tertentu rendah dinilai tidak bisa lagi digunakan sebagai jaminan untuk beberapa pinjaman jangka pendek, memicu aksi jual utang berisiko yang menyebar ke catatan pemerintah dan saham. (Nrm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya