Hipnoterapis: Anak Itu Cerdas dan Tak Pernah Salah

Mengubah perilaku buah hati yang bermasalah seperti tidak mau menuruti perkataan orangtuanya mungkin akan terdengar sulit

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Des 2014, 17:30 WIB
Mengubah perilaku buah hati yang bermasalah seperti tidak mau menuruti perkataan orangtuanya mungkin akan terdengar sulit

Liputan6.com, Jakarta Mengubah perilaku buah hati yang bermasalah seperti tidak mau menuruti perkataan orangtuanya mungkin akan terdengar sulit. Namun bukan berarti Anda lepaskan tanggung jawab pada terapis atau psikolog.

Seperti disampaikan hipnoterapis klinis, Dra. MTh. Widya Saraswati, CCH, CT bahwa seringkali orangtua menganggap anaknya itu kayak harus masuk mesin cuci yang keluar bersih. Analogi ini diberikan karena seolah orangtua tidak sanggup lagi mendidik atau membimbing anaknya.

"Saya sebagai terapis, senang saja karena dipercaya. Tapi bukankah alangkah baiknya bila orangtua sendiri yang menjadi terapis anak? Banyak yang tidak mengerti juga, mereka bolak- balik datang. Nanti kalau anaknya sudah diterapi, dia kembali lagi karena ada program yang salah dari orangtua," katanya.

Menurut Widya, sejak dalam kandungan, anak itu masih dikuasai pikiran bawah sadar. Artinya, apapun yang disampaikan akan dicerna olehnya. Sehingga kalau orangtua bicara negatif, maka akan tertanam di benaknya. Ditambah lagi, pikiran bawah sadar pada anak itu jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan atau sembilan kali lipat lebih besar.

"Anak usia dibawah 13 tahun, belum bisa mengetahui mana yang membahakan dirinya atau tidak. Jadi diabawah usia itu, apapun yang terprogram dalam dirinya akan mudah masuk ke pikirannya," ujar Widya.

Bagus kalau program yang diterima anak adalah hal-hal positif. Widya khawatir, banyak orangtua justru memberikan program negatif sehingga mempengaruhi emosi di bawah sadarnya dan akan terbawa hingga dia dewasa.

"Informasi apapun pada anak akan lebih mudah masuk. Hal ini akan mempengaruhi bukan cuma secara fisik dan kepribadiannya melainkan juga kecerdasan emosi, kecerdasan sosial, organisasi, art, karakter, watak dan sebagainya. Semua kebentuk dalam emosinya. Itu yang banyak tidak dipahami," ujarnya.

Oleh sebab itu, kata Widya, bila mau anaknya berubah menjadi lebih baik, cari emosinya dan apa yang membuatnya menjadi anak bermasalah. "Bicarakan dengan baik-baik dengan anak, dengarkan dia, jangan dimarahi. Dengan begitu, maka lapisan pikiran bawah sadar (value, beliefe, rule dan behavior) juga berubah."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya