Liputan6.com, Jakarta - Selama tiga tahun, rata-rata realisasi keuntungan saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tumbuh di atas 10 persen.
Di antara empat bank berkapitalisasi besar itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mampu memberikan realisasi keuntungan di atas 20 persen.
Advertisement
Berdasarkan hitungan Liputan6.com, rerata realisasi keuntungan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tercatat 23,01 persen dari periode 2011-2014. Sementara itu, capital gain saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 20,63 persen.
Sejumlah analis menilai, pertumbuhan realisasi keuntungan kedua saham bank berkapitalisasi besar itu didukung dari pertumbuhan kinerja keuangan dan fokus bisnis yang dilakukan dua bank tersebut.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, ada sejumlah faktor yang membuat harga saham BBRI dan BBCA bergerak positif. Pertama, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk fokus menyalurkan kredit di sektor ritel terutama usaha kecil dan menengah (UKM).
"Oleh karena itu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tidak terpengaruh dengan kenaikan suku bunga acuan. Karena mereka juga sudah mematok bunga kredit tinggi," ujar David saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (11/12/2014).
Meski demikian, David mengakui, suku bunga acuan/BI Rate tinggi di level 7,75 persen dapat mendorong kenaikan kredit macet atau non performing loan (NPL). Namun ia optimistis, NPL BRI masih cukup terjaga.
Per kuartal III 2014, jumlah kredit mikro yang disalurkan BRI mencapai Rp 148,43 triliun. Jumlah ini naik 15,78 persen secara year on year dibanding kuartal III 2013 yang mencapai Rp 128,20 triliun.
Sementara itu, NPL kredit mikro BRI naik dari 1,23 persen per September 2013 menjadi 1,38 persen per kuartal III 2014. Adapun per 1 Oktober 2014, suku bunga dasar kredit perseroan terutama mikro sebesar 19,25 persen.
Untuk PT Bank Central Asia Tbk, David menilai, pertumbuhan saham BCA juga ditopang oleh kinerja keuangan yang positif. Perseroan juga memiliki sumber dana murah yang besar.
Hal senada dikatakan, Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada. Meski di tengah perlambatan kredit, menurut Reza, pertumbuhan kredit BRI dan BCA masih cukup baik terutama ke ritel.
Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, pada awal tahun 2014, price earning ratio (PER) BBRI masih rendah di antara saham bank lainnya. Pada 10 Desember 2014, PER BBRI di kisaran 11 kali. Hal itu mendukung kenaikan saham BRI. "Di awal tahun 2014, PER BBRI sekitar 9 kali jadi sekarang naik cukup banyak harga sahamnya," kata Satrio.
Kinerja Realisasi Keuntungan Saham Berkapitalisasi Besar
|
Rerata Realisasi Keuntungan 3 Tahun (2011-2014) |
Realisasi Keuntungan Year to Date * |
Saham Bank Rakyat Indonesia |
23,01% |
56,21% |
Saham Bank Central Asia |
20,63% |
38,28% |
Saham Bank Negara Indonesia |
15,65% |
51,27% |
Saham Bank Mandiri |
15,33% |
34,39% |
*Penutupan saham Hingga 8 Desember 2014
Prediksi 2015
Prediksi 2015
David yakin kinerja saham bank masih positif pada 2015 di tengah suku bunga acuan/BI Rate tinggi. Meski mengalami perlambatan, kredit bank diperkirakan tumbuh sekitar 13 persen-15 persen pada 2015. Selain itu, menurut David, adanya peraturan OJK mengenai tingkat suku bunga maksimal memberikan proteksi bagi kesehatan perbankan.
"Dengan optimisme baru dari pemerintahan baru maka saham bank siap melangkah lebih jauh," kata David.
Ia pun merekomendasikan sejumlah saham pilihan antara lain BMRI, BBCA, BBRI, dan BBNI.
Sedangkan Satrio, pertumbuhan kinerja saham berkapitalisasi besar masih tergantung pertumbuhan ekonomi. Bila pertumbuhan ekonomi membaik pada 2015 maka saham bank juga akan tumbuh positif. Ia pun merekomendasikan sejumlah saham bank untuk 2015.
"Rekomendasi beli untuk saham BBRI. Sedangkan hold untuk saham BMRI dan BBCA," ujar Satrio. (Ahm/)
Advertisement