Dibanding Garam, Gula Jauh Lebih Berbahaya untuk Kesehatan

Mereka yang sedang diet disarankan untuk fokus pada bahaya gula, dan mengurangi asupan garam.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 12 Des 2014, 10:00 WIB
Mereka yang sedang diet disarankan untuk fokus pada bahaya gula, dan mengurangi asupan garam.

Liputan6.com, Jakarta Makanan mengandung garam kerap dihindari karena dipercaya mengancam kesehatan. Sedangkan yang mengandung gula, di mana sama-sama mengancam kesehatan, kebanyakan hanya dibatasi dan tak dihindari sama sekali.

Padahal, para ahli kesehatan khususnya pada bidang gizi, menyarankan kepada mereka yang berdiet untuk fokus pada bahaya gula, dan mengurangi asupan garam.

Dalam suatu studi pun disebutkan bahwa menambahkan dua sendok gula saja ke dalam setiap masakan, cenderung memiliki peran lebih besar dalam meningkatkan tekanan darah, serta memicu penyakit jantung dan stroke.

Selain itu, bukti juga menunjukkan bahwa gula (pada umumnya) dan fruktosa (pada khususnya) dapat menyebabkan risiko kardiovaskular secara menyeluruh untuk berbagai mekanisme.

Mereka mengatakan,"Di seluruh dunia, konsumsi minuman manis telah melibatkan 180.000 kematian per tahun.". Dan sirup jagung yang mengandung tinggi fruktosa, merupakan pemanis yang paling sering digunakan di dalam makanan olahan, terlebih minuman bersoda.

Bila asupan fruktosa harian lebih dari 74 gram, dikaitkan dengan risiko 30 persen lebih besar untuk tekanan darah, di atas 140/90 mm Hg dan 77 persen peningkatan risiko tekanan darah di atas 160/100 mm Hg.

Dikutip dari Daily Mail, Kamis (11/12/2014), Profesor Kedokteran Kardiovaskular dari University of Warwick, Francesco Cappuccio, mengatakan, barang siapa yang ingin memulai untuk hidup sehat, dan ingin menurunkan berat badan, mengurangi atau tidak mengonsumsi gula sama sekali dengan membatasi makanan olahan, merupakan langkah yang tepat untuk memulai pertama kali.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya