Liputan6.com, New York - Perusahaan konsultasi global ECA International kembali merilis survei biaya hidup para ekspatriat di seluruh dunia. Hasilnya, ibukota Korea Selata, Seoul menjadi kota paling mahal di Asia bagi para ekspatriat.
Mengutip hasil survei bertajuk `ECA International's Cost of Living` dari CNBC, Sabtu (13/12/2014), Seoul mengalahkan Tokyo yang kini berada di posisi kedua sebagai kota paling mahal di Asia bagi para ekspatriat.
Advertisement
Seoul juga naik di peringkat internasional ke peringkat 10 dari posisi ke-22 tahun lalu. Mahalnya harga kebutuhan hidup ekspatriat di Seoul melampui London, Paris, dan Stockholm.
Harga-harga kebutuhan hidup di Korea Selatan memang melesat cepat dalam setahun terakhir meskipun inflasi tampaknya tak banyak meningkat. Pada November, survei ECA menemukan harga konsumen meningkat satu persen dan merupakan laju paling lambat dalam sembilan bulan terakhir.
"Yang paling berdampak pada penguatan biaya hidup para pegawai di Seoul adalah karena penguatan nilai tukar won," ungkap para analis di ECA International.
Mata uang Korea tersebut tercatat menguat hingga hampir 10 persen terhadap yen Jepang dalam 12 bulan terakhir. Dalam kurun waktu yang sama, nilai tukar tersebut menguat lebih dari 5 persen terhadap euro.
Sekadar informasi, biaya hidup ECA Internasional dihitung berdasarkan harga kebutuhan sehari-hari seperti makanan, biaya rumah tangga, pakaian, tarif makan di restoran, hingga rokok dan minuman beralkohol. Sementara biaya sekolah, pembelian mobil, sewa tempat tinggal tidak masuk ke dalam perhitungan.
Itu lantaran kelompok biaya tersebut biasanya ditanggung perusahaan yang mengirimkan ekspatriat ke negara lain. (Sis/Ndw)