Liputan6.com, Sumedang - Ratusan warga mengantarkan jenazah guru inspiratif Een Sukaesih ke peristirahatan terakhirnya di tempat pemakaman umum (TPU) Lio di Desa Cibeureum, Kecamatan Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat.
Sebelum dimakamkan, sarjana lulusan IKIP Bandung yang akrab dipanggil Wak Een ini, dalam tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu (13/12/2014) disalatkan di Masjid Jami Al-Ikhlas, Desa Cibeureum.
Advertisement
Isak tangis keluarga dan anak didik almarhumah mewarnai proses pemakaman sang guru kalbu ini. Untaian doa-doa terus dipanjatkan dari orang-orang yang sangat mencintai sosok guru inspiratif ini.
Sebelumnya Wak Een sempat dirawat selama 4 hari di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang setelah mengeluh sakit lambung. Setelah berhasil melewati masa kritis dan koma selama 2 hari, Wak Een membuka matanya dan bisa diajak berkomunikasi.
Kisah hidup Een Sukaesih menyentuh banyak hati. Rheumatoid arthritis yang menyerang tubuh wanita paruh baya ini selama 28 tahun tidak melumpuhkan tekadnya untuk berbagi ilmu mencerdaskan anak-anak.
Meski menderita kelumpuhan, semangat Wak Een untuk mengajar anak-anak yang datang ke rumahnya tak pernah putus. Dari atas tempat tidurnya, Een mengajar anak-anak di lingkungannya. Dedikasinya yang tinggi inilah hingga ia meraih penghargaan khusus bidang pengabdian masyarakat dan kemanusiaan Liputan 6 Awards.
Een Sukaesih meninggal di usia 51 tahun. Selamat jalan Bu Guru Een Sukaesih, doa kami semua selalu menyertaimu. (Mar/Ans)