Liputan6.com, Bengkulu - Gelombang Samudra Hindia dalam 2 hari terakhir mencapai titik tertinggi pada posisi 5 hingga 8 meter. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bengkulu mencatat, tinggi gelombang maksimal hingga 8 meter terjadi di perairan Samudra Hindia arah barat menuju Australia.
"Kondisi gelombang tinggi ini sangat berbahaya bagi pelayaran di Samudra Hindia," ujar petugas BMKG Anjasman di Bengkulu, Sabtu (13/12/2014).
Khusus di pesisir sepanjang Pantai Bengkulu, dari Kabupaten Mukomuko hingga Kabupaten Kaur, lanjut Anjasman, ombak berada pada posisi minimal 2,5 meter.
"Untuk pesisir, ketinggian gelombang minimal itu juga sangat berbahaya bagi para nelayan tradisional. Apalagi cuaca hujan ringan hingga berat berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan," ujar dia.
Nelayan di pesisir Pantai Malabero, Kota Bengkulu, Rizal Kadek, mengaku sudah 4 hari tidak turun melaut. Selain faktor gelombang, curah hujan tinggi juga menghambat aktivitas nelayan di laut.
"Sudah 4 hari ini kami tidak melaut, belum ada tanda-tanda membaik," keluh Kadek. Berhentinya aktivitas nelayan ini berimbas pada naiknya harga ikan di beberapa pasar tradisional di Bengkulu.
Di Pasar Barukoto, harga ikan kelas menengah jenis Giant Travelli (GT) atau biasa disebut ikan Gebur oleh warga setempat, dijual dengan harga Rp 35 ribu per kilogram. Harga ini lebih mahal dari hari biasa yang hanya dijual Rp 24 ribu per kilogram. Untuk ikan jenis Cakalang atau Tongkol Sisik dijual Rp 30 ribu per kilogram, lebih mahal dari harga nomal Rp 20 ribu per kilogram.
"Suplai ikan hanya dari kapal nelayan besar saja, itupun dalam jumlah terbatas," ujar Izur Cino, pedagang ikan di Pasar Barukoto. (Sun/Sss)
Advertisement