Liputan6.com, New York - Sejumlah orang mungkin mendapatkan kepuasan dari pembelian barang unik dan belanja. Akan tetapi, berdasarkan penelitian terbaru, seseorang lebih baik menyimpan uang dan menghabiskan untuk liburan dan makan di restoran, dan menjadi lebih puas.
Hal itu menurut sebuah buku berjudul "Consumption and Well-Being in the Material World" yang ditulis oleh Mirim Tatzel, profesor dari Empire State College yang menganalisa soal materialisme dan kebahagiaan.
Advertisement
Dari analis menyimpulkan kalau kebahagiaan abadi bisa dipetik dari "beli pengalaman" atau pengalaman tak berwujud seperti liburan, waktu bersama teman-teman, tiket konser dan teater dari pada barang berwujud seperti perhiasan, pakaian, furniture, dan elektronik. Mengutip laman, Marketwatch, Minggu (14/12/2014), ini bukan satu-satunya penelitian yang menu
Ini bukan satu-satunya penelitian kalau kebahagiaan tidak akan ditemukan bahkan dari cincin berlian. Menurut penelitian berjudul "Money for Happines: The Hedonic Benefits of Thrift" dari Universitas California melaporkan kalau orang bahagia mempunyai kesenangan dari banyaknya pengalaman mereka,dan bukan dari milik mereka. Salah satu teori menunjukkan kalau harta akan kehilangan nilainya, tetapi biasanya pengalaman tidak.
"Masyarakat semakin banyak bosan dengan apa yang mereka miliki, dan mereka ingin sesuatu yang lain yang ada gilirannya menyebabkan lebih banyak konsumsi dan limbah," tutur Tatzel.
Penelitian lain menyebutkan materialisme juga dapat menyebabkan kesepian. Hal itu berdasarkan Journal of Consumer Research oleh Rik Pieters, profesor pemasaran dari Univestias Tilburg, Belanda. Ia menyebut teori ini sebagai lingkaran kesepian.
"Setelah mempelajari 2.500 konsumen lebih dari enam tahun, orang yang yang menghargai harta sebagai tanda keberhasilan merasa lebih kesepian. Sementara mereka yang mencari harta untuk sukacita benar-benar kurang kesepian," kata Pieters. (Ahm/)