Liputan6.com, Sydney - Man Haron Monis, pria tewas dalam baku tembak yang diduga sebagai penyandera di teror Sydney ternyata terlibat dalam beberapa kasus kriminal. Ia bermasalah dengan hukum.
Dikutip dari BBC, pelaku teror Sydney itu pada tahun 2011 menghadapi lebih dari 40 tuduhan atas kasus penyerangan seksual dan perbuatan tidak senonoh. "Kami percaya orang yang menyandera di dalam sebuah kafe di Sydney, Australia itu adalah Man Haron Monis," ungkap salah satu polisi.
Menurut Sydney Morning Herald, tindakan tak senonoh yang melibatkan Monis itu berhubungan dengan aksi penyembuhan spiritual yang disebut-sebut menggunakan ilmu hitam di bagian barat Sydney. Pria kelahiran Iran yang mencari suaka politik di Australia pada tahun 1996 itu, sebelumnya juga sempat dihukum karena mengirim surat penghinaan terhadap keluarga tentara Australia yang meninggal dalam tugas ke luar negeri.
Monis yang juga populer sebagai Sheikh Haron, juga diadili atas kasus pidana pembunuhan mantan istrinya. Namun "Sheik" itu membantah terlibat dan menegaskan kasus tersebut sebagai upaya kriminalisasi terhadap aktivis muslim.
Advertisement
Dalam keterlibatannya pada kasus penyanderaan selama 16 jam itu, mengemuka laporan bahwa salah satu tuntutannya adalah meminta bendera kelompok militan ISIS dikirim ke kafe Lindt di Martin Place. Namun, ia diketahui tidak memiliki hubungan dengan kelompok jihad tersebut. Dari hasil analisa awal, ia diperkirakan bekerja sendirian.
"Tentu saja ini tampaknya menjadi tindakan aktor tunggal, mungkin tidak dipersiapkan dengan baik, mungkin tidak direncanakan dengan baik," tutur kepala program riset kontra terorisme di Australia Curtin University, Anne Aly.
Diduga tindakannya di Sydney gagal untuk mendapatkan perhatian pendukung jihad di dunia maya.
Monis yang juga dikenal sebagai Mohammad Hassan Manteghi, mengaku sebagai seorang pengikut Syiah. Namun kini ia tak lagi mengikutinya. "Dulunya seorang Rafidi, tapi kini tidak lagi," demikian tulisan Monis di situs miliknya.
Situs milik Man Haron Monis telah diblokir pada saat identitasnya terungkap di media, sehubungan dengan pengepungan di Kafe Lindt pada 15 Desember yang menewaskan 3 orang. (Tnt/Mut)