Liputan6.com, Peshawar - Dor... Dor... Dor... 'Hujan' peluru menyeruak di lingkungan sekolah yang dikelola militer atau Army Public School and Degree College di Peshawar, Pakistan. Anak-anak yang berada di dalamnya pun menjadi sasaran.
Petugas pun mengepung kawasan di sekitar sekolah yang dikelola oleh militer tersebut.
Anak-anak yang menjadi korban tewas dari aksi penembakan yang dilakukan kelompok Taliban Pakistan -- Tehreek e Taliban Pakistan (TTP) -- pada 15 Desember mencapai 132 orang. Sementara 10 lainnya dilaporkan staf sekolah Peshawar itu, sedangkan sisanya belum dikeluarkan identifikasinya.
Aksi penyerangan itu berhasil dilumpuhkan setelah 'drama' tembak menembak selama 8 jam. Di mana seluruh penyerang dilaporkan tewas dan sekolah umum yang dikelola militer itu sudah dibersihkan dari bahan peledak.
Menanggapi peristiwa itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengutuk tindakan tidak berperikemanusiaan tersebut yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.
"Pemerintah Indonesia menyampaikan rasa prihatin dan duka mendalam atas jatuhnya korban jiwa termasuk anak-anak kepada keluarga, rakyat dan Pemerintah Pakistan," demikian keterangan tertulis Kemlu yang diterima Liputan6.com di Jakarta.
Berdasarkan koordinasi dengan Perwakilan RI di Pakistan, tidak ada WNI yang menjadi korban dalam insiden tersebut. Kemlu menghimbau kepada WNI di Pakistan untuk tetap waspada dan berhati-hati.
Tak berapa lama teror berakhir, korban tewas dalam serangan sekolah Peshawar, Pakistan mulai dimakamkan satu per satu. Suasana duka dan kemarahan mewarnai pemakaman pada Selasa 16 Desember 2014 waktu setempat.
Di Karachi, Pakistan warga menggelar doa dan renungan untuk memprotes pembunuhan oleh kelompok militan Taliban di sebuah sekolah yang dikelola militer itu. Lilin-lilin putih pun memenuhi acara bersama untuk mengenang para korban.
Advertisement
Sementara puluhan orangtua mendatangi rumah sakit-rumah sakit di Peshawar, untuk mengetahui nasib anak-anak mereka dalam serangan oleh Taliban tersebut.
Seorang juru bicara Taliban Pakistan mengatakan serangan terhadap sekolah yang dijalankan oleh militer itu, merupakan pembalasan atas serangan-serangan terhadap militan Waziristan Utara.
Serangan sekolah Peshawar itu, juga disebut-sebut berkaitan dengan aktivis muda Pakistan yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian 2014, Malala Yousafzai. Kemungkinan aksi kekejaman itu sebagai balas dendam karena kesuksesannya.
Hal itu dikemukakan oleh Ahmed Rashid, seorang ahli kelompok Taliban. Ia mengungkapkan bahwa orang-orang bersenjata itu mungkin telah berusaha untuk mengirim pesan ke orang-orang yang mendukung Malala sebagai pemenang Nobel perdamaian.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memimpin kecaman global terhadap Taliban Pakistan, beberapa jam setelah kelompok militan itu mengaku bertanggung jawab atas serangan sekolah Peshawar yang menewaskan hampir 150 orang -- sebagian besar pelajar.
"Tidak ada alasan yang bisa membenarkan kebrutalan tersebut dan tidak ada kebencian yang membenarkan tindakan mengerikan seperti itu," ungkap Ban seperti dikutip dari VOA News, Rabu (17/12/2014).
Sementara Presiden AS Barack Obama menyebut serangan itu mengerikan. Ia mengatakan, teroris sekali lagi menunjukkan kezalimannya.
Di tengah tragedi itu, Perdana Menteri (PM) Pakistan Nawaz Sharif, menggelar pertemuan dengan semua partai politik guna membahas langkah yang akan diambil terkait pembunuhan besar-besaran di sekolah Peshawar yang dikelolan pihak militer.
Langkah tegas kemudian diambil sang PM terkait kasus yang kerap terjadi di negaranya.
"PM Sharif juga sudah mencabut moratorium hukuman mati untuk kasus-kasus terorisme, di tengah makin kuatnya desakan agar dijatuhkan hukuman yang berat bagi siapa pun yang terkait dengan serangan ini," demikian dimuat BBC.
Dengan dicabutnya moratorium tersebut, berarti Pakistan bakal memberlakukan hukuman mati untuk pelaku terorisme. Ini merupakan reaksi keras yang dilakukan pemerintah Pakistan setelah serangan kelompok Taliban itu.
Atas peristiwa tersebut, pemerintah pun menetapkan berkabung nasional selama 3 hari. Sementara bendera di wilayah itu dikibarkan setengah tiang demi menghormati para korban. (Tnt/Riz)
[Baca juga: Cerita Korban Selamat Serangan Peshawar dengan Pura-pura Mati]