Penampakan Cahaya Kala Natal dan Ramadan dari Luar Angkasa

Satelit yang dilengkapi sejumlah kamera infra merah digunakan mendeteksi pancaran cahaya di bumi saat malam hari.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Des 2014, 11:01 WIB
Penampakan caha dari luar angkasa. (NASA)

Liputan6.com, London - Dengan menggunakan satelit di luar angkasa, kini para ilmuwan melihat bagaimana orang-orang di Amerika Serikat dan Timur Tengah merayakan Natal dan Ramadan. Terlihat dari cahaya yang dipancarkan.

Satelit Suomi NPP atau National Polar Orbiting Partnership dilengkapi sejumlah kamera infra merah guna mendeteksi pancaran cahaya di bumi saat malam hari selama 2012 hingga 2014. Dari potret-potret yang dikumpulkan, terlihat bagaimana kota-kota di bumi bertambah terang ketika perayaan religius itu berlangsung.

Di sebagian besar kota di Amerika Serikat, pancaran cahaya mulai bertambah terang sejak Thanksgiving sampai Natal dan Tahun Baru.

Foto dok. Liputan6.com


Para peneliti menemukan jumlah pancaran cahaya di tengah kota cenderung bertambah 20%-30% pada periode tersebut. Jika dibandingkan dengan hari biasa. Adapun di pinggiran kota dan sub-urban, pancaran cahaya meningkat 30%-50%.

"Cahaya menyala khususnya di wilayah pemukiman. Warga cuti saat liburan dan mereka menyalakan lampu," kata peneliti dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard yang berafiliasi dengan Badan Antariksa AS (NASA) Miguel Roman seperti dikutip dari BBC, Kamis (18/12/2014).

Selain saat Natal, para peneliti memusatkan perhatian pada pancaran cahaya di Timur Tengah ketika Ramadan berlangsung.

"Warga muslim berpuasa dari sebelum matahari terbit sampai matahari tenggelam. Konsekuensinya, mereka memindahkan aktivitas mereka. Mereka makan di pengujung hari, pasar buka sampai larut malam," kata Eleanor Stokes, peneliti dari Universitas Yale, AS.

Tidak seperti di AS, pancaran cahaya di Arab Saudi saat Ramadan cenderung berfokus di pusat-pusat kota-kota.

Foto dok. Liputan6.com


Beberapa kota di Arab Saudi, seperti Riyadh dan Jeddah, mengalami peningkatan pancaran cahaya antara 60%-100% ketika Ramadan ketimbang hari biasa. Meski demikian, tidak semua kota di Timur Tengah mengalami peningkatan cahaya ketika Ramadan. Kota-kota di Irak, misalnya, justru mengalami penurunan.

"Hal itu amat mungkin disebabkan pembangkit listrik (di Irak) yang rentan," kata Stokes.

Puncak nyala cahaya di Timur Tengah baru terjadi saat Idul Fitri.

Para ilmuwan mengatakan, deteksi cahaya memakai satelit ini bisa membantu mereka dalam memahami bagaimana acara keagamaan dan kebudayaan dapat memacu penggunaan energi. Miguel Roman sepakat bahwa temuan mereka dapat berkontribusi pada diskusi perancangan kebijakan mengenai efisiensi energi di kota-kota. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya