Liputan6.com, Jakarta Salah satu masalah yang dialami pekerja, khususnya di kota besar seperti di Jakarta dan banyak kota lain di dunia adalah jam kerja yang panjang dan terlalu pagi. Ditambah dengan beban lain seperti kemacetan, seringkali yang dikorbankan adalah waktu istirahat mereka, misalnya kurangnya jam tidur.
Dengan permasalahan tersebut, sekelompok ilmuwan yang berasal dari Universitas Pennsylvania menemukan sebuah solusi potensial. Solusi ini adalah memperlambat waktu kerja, yaitu sekitar pukul 10 pagi. Dengan jam kerja seperti itu, kebiasaan kurang tidur yang memicu banyak penyakit lain dapat ditanggulangi.
Advertisement
Dilansir dari Huffingtonpost pada Kamis (18/12/2014), penelitian yang dipublikasikan di Jurnal SLEEP ini menganalisis kebiasaan tidur hampir 125 ribu orang Amerika di atas usia 15 tahun. Hasilnya, kebanyakan orang mempersingkat waktu tidurnya karena mereka harus bekerja.
"Strategi potensial untuk mengurangi waktu tidur yang pendek adalah fleksibilitas yang tinggi pada kerja di pagi hari dan waktu masuk sekolah bagi para siswa," kata Dr Mathias Basner, kepala penelitian.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap jam kerja yang diperlambat meningkatkan waktu tidur sekitar 20 menit. Pekerja yang sudah berangkat kerja sekitar pukul 6 pagi hanya memiliki waktu tidur rata-rata 6 jam, sementara mereka yang mulai kerja pukul 9 sampai 10 pagi memiliki waktu tidur rata-rata 7,3 jam.
Ide untuk memperlambat waktu kerja ini memang terlihat radikal bagi pengusaha, demikian penelitian tersebut mengatakan. Tetapi, manfaat untuk keduanya akan lebih terasa.
Misalnya, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kurang tidur mengurangi produktivitas, kesulitan untuk fokus dan sulit berpikir inovatif.