Bencana di Penghujung Tahun

Alam memang bisa dilawan. Yang bisa dilakukan manusia hanya hidup berdampingan dengan alam sembari mengindari ancaman terjadinya bencana.

oleh RochmanuddinTanti YulianingsihNadya IsnaeniKukuh SaokaniIdhad Zakaria diperbarui 21 Des 2014, 00:08 WIB
Jalan yang longsor di Banjarnegara yang membuat 5 desa terisolasi (Liputan6.com/Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Jakarta - Alam memang tak bisa dilawan. Yang bisa dilakukan manusia hanya hidup berdampingan dengan alam serta melihat tanda-tanda ketika alam akan memperlihatkan kekuatannya melalui beragam bencana. Dan bencana juga tak bisa dilawan, melainkan hanya bisa dihindari selagi bisa.

Serangkaian musibah dan bencana alam di penghujung tahun ini memperlihatkan semua itu. Dimulai dari sebuah dusun di Jawa Tengah, ketika tanah yang bergerak telah menimbun serta menelan kehidupan yang ada di dusun itu.

Jumat 12 Desember 2014, pukul 17.30 WIB atau menjelang magrib. Ketika itu, warga di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, di perbukitan Kabupaten Banjarnegara, tengah menahan dinginnya udara. Namun, hujan rintik-rintik yang turun petang itu berganti dengan suara gemuruh. Tanah menimbun mereka. Ratusan rumah seketika lenyap tertutup tanah.

"Saya sedang berada di rumah, tiba-tiba ada suara gemuruh dan sekejap saja tanah sudah meratakan dusun. Banyak suara minta tolong, tapi saya bingung karena nggak dapat berbuat apa-apa," ungkap warga setempat, Wahono, kepada Liputan6.com, Sabtu (13/12/2014).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio membenarkan terjadinya musibah itu. "Betul telah terjadi kondisi luar biasa, satu dusun tertimpa longsor sekitar 150 rumah rata," kata Catur saat dikonfirmasi Liputan6.com dalam perjalanan menuju lokasi longsor.

Tanah longsor memang kerap terjadi di Banjarnegara. Kawasan ini dalam data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bersama Wonosobo dan Gunung Dieng memang merupakan daerah rawan bencana longsor. Hal itu ditandai dengan kontur tanah yang terjal sampai curam, batuan yang gembur dan struktur tanah yang dibentuk dari tanah lempung.

Tanah longsor di Banjarnegara juga [kerap memakan korban]( 2149338 ""). Hal ini terjadi karena banyak warga tinggal di kawasan lembah yang landai karena tanahnya subur. Sehingga tanah longsor langsung menerjang kawasan rumah-rumah warga. Sejak 1955 telah terjadi 6 kali longsor di Kabupaten Banjarnegara dengan korban ratusan orang.

Hingga Sabtu 20 Desember 2014, total jenazah korban longsor yang berhasil ditemukan tercatat sebanyak 93. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, masa pencarian korban longsor Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar akan diperpanjang hingga Minggu 21 Desember 2014.

Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, status tanggap darurat tanah longsor di Banjarnegara diperpanjang menjadi 14 hari, sejak 22 Desember 2014 sampai 4 Januari 2015.

"Status tanggap darurat direncanakan akan diperpanjang selama 14 hari terhitung 22 Desember 2014 sampai dengan 4 Januari 2015," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.

Sedangkan pemerintah setempat tengah mengondisikan relokasi bagi para pengungsi bencana tanah longsor di Dusun Jemblung. Namun sesuai rekomendasi Badan Geologi, para korban tanah longsor di Dusun Jemblung, rencananya akan direlokasi ke 2 desa.

"Lokasi relokasi sesuai rekomendasi Badan Geologi yaitu Desa Karangtengah dan Desa Ambal," ujar Sutopo.

Sutopo menjelaskan, relokasi warga Dusun Jemblung sebanyak 22 kepala keluarga atau KK dan Dusun Pencil sebanyak 36 KK. "(Relokasi) sedang dikondisikan oleh pihak Pemda Kabupaten Banjarnegara, dan saat ini proposal usulan bantuan yang akan diajukan ke pemerintah provinsi dan BNPB sedang disusun," jelas dia.

Menurut Sutopo, jumlah warga yang akan direlokasi di Dusun Jemblung semula sebanyak 43 KK, namun ternyata hanya ada 22 KK. "Karena 21 KK [meninggal semua sekeluarga]( 2150209 ""), sehingga tidak ada yang harus direlokasi," jelas dia.

Gunung Gamalama Meletus

Saat tim evakuasi sibuk mencari korban longsor Banjarnegara, di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), Kamis 18 Desember 2014 malam pukul 21.41 WIT, Gunung Gamalama meletus dengan menyemburkan abu vulkanik setinggi 200 meter dari puncak. Letusan pertama tersebut diikuti dengan letusan kedua pukul 22.45 WIT dengan ketinggian semburan abu vulkanik 200 meter.

Abu vulkanik yang disemburkan gunung api setinggi 1.700 meter lebih dari permukaan laut itu menyebar ke sejumlah wilayah di Kota Ternate. Seperti di Kecamatan Pulau Ternate, Ternate Selatan, Ternate Tengah dan Ternate Utara.

Semburan abu vulkanik Gunung Gamalama sontak mengagetkan warga Ternate yang masih beraktivitas di sejumlah pusat keramaian dan ruas jalan. Mereka bergegas kembali ke rumah atau mencari tempat yang aman untuk berlindung dari terpaan abu vulkanik.

Sementara itu, Lurah Sulamadaha di Pulau Ternate, Syamsuddin Samad yang wilayahnya berada paling dekat dengan puncak Gunung Gamalama mengatakan, warganya sempat berniat mengungsi pasca-terjadinya letusan gunung itu. Namun itu batal setelah mendapat penjelasan bahwa untuk sementara letusan gunung itu tidak berbahaya.

Meski tak berbahaya, letusan Gamalama telah mengganggu transportasi udara. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan penutupan Bandara Babullah Ternate, Maluku Utara menyusul meletusnya Gunung Gamalama. Maskapai penerbangan menghentikan operasionalnya sejak Jumat sampai Sabtu.

Kapuskom Kemenhub JA Barata mengatakan Kemenhub [mengeluarkan peringatan]( 2149703 "") (Ashtam) yang diperuntukan bagi maskapai penerbangan, bandara hingga pilot dan pihak yang berkepentingan di dunia penerbangan. Ashtam dalam hal ini peringatan untuk menghindari rute-rute penerbangan yang terdampak abu Gunung Sinabung.

Namun, hingga Sabtu aktivitas Bandara Sultan Babullah, Ternate belum juga beroperasi, karena abu vulkanik yang dihembuskan Gunung Gamalama menutupi landasan pacu pesawat. Penutupan masih dilakukan karena abu vulkanik Gunung Gamalama dikhawatirkan dapat membahayakan penerbangan. Selain menghalangi jarak pandang, debu vulkanik bisa mengganggu kinerja mesin pesawat.

Belum diketahui pasti sampai kapan aktivitas Bandara Sultan Babullah akan normal, namun bandara baru akan dibuka setelah ada informasi dari pihak Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) setempat dan setelah dilakukan pembersihan [landasan runway]( 2150147 "").

Puting Beliung Hantam Bandung

Pada hari yang sama tapi di lain kota, bencana puting beliung menyerang. Kawasan Bandung Timur seperti Kecamatan Panyileukan, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Gedebage, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung, Jawa Barat disapu angin kencang itu.

Akibat sapuan angin ini, puluhan pohon tumbang dan banyak bangunan seperti kios hancur. Selain itu, pondasi bangunan perpustakan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati juga runtuh.

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Fajrin (23) mengatakan, angin puting beliung terjadi sekitar pukul 17.00 WIB, Kamis 18 Desember 2014. Saat itu cuaca tengah mendung.

"Tiba-tiba ada angin besar berbentuk pusaran. Di sini (UIN) masih banyak mahasiswa dan satpam. Mereka dan saya berlarian masuk bangunan," kata dia.

Kejadian berlangsung sangat cepat. Sekitar 10 menit puting beliung menyapu kawasan Bandung Timur. "Kejadian sekitar 10 menit. Saat selesai, pondasi bangunan perpustakan yang terbuat dari besi sudah runtuh dan menerpa beberapa motor dan 2 bus kampus," ucap Fajrin.

Walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, total ada 700 rumah rusak dan sekitar 80 pohon bertumbangan. Ridwan menuturkan, kondisi paling parah dialami di Cipadung, Cipadung Wetan, dan Mekar Mulya.

Saat ini warga korban bencana membutuhkan bantuan. Salah satunya material untuk memperbaiki kerusakan rumah mereka setelah diterjang puting beliung kemarin.

"Jika ingin membantu, bantuan ribuan genteng itu yang paling urgent dibutuhkan, agar saat hujan esok lusa, rumah-rumah bisa sedikit normal. Nuhun," kicau Ridwan Kamil dalam akun Twitter-nya yang Liputan6.com kutip, Jumat.

Masih di Bandung, tepatnya di Kabupaten Bandung, musibah banjir juga mengusik ketenangan warganya. Banjir akibat luapan Sungai Citarum di Kabupaten Bandung, Jawa Barat atara lain merendam 2 sekolah dasar.

Selain sekolah, ribuan rumah juga terendam banjir akibat luapan [Sungai Citarum]( 2149945 "") dengan ketinggian hingga 1,5 meter. Ini membuat aktivitas warga terganggu, karena banjir juga merendam akses jalan penghubung kota dan Kabupaten Bandung hingga menyebabkan kemacetan.

Akses Jalan Raya Dayeuhkolot yang menghubungkan Kota dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat juga terendam banjir dan menimbulkan kemacetan panjang. Pantauan pada Sabtu 20 Desember, banjir telah membuat kemacetan hingga belasan kilometer.

Sementara tim SAR pun terus menyisir permukiman penduduk untuk mengevakuasi warga yang masih bertahan di lantai dua rumah mereka.

Setelah hujan deras mengguyur, tebing di kawasan [Cipongkor juga longsor]( 2150243 "") dan menutup badan jalan sekaligus akses utama Jalan Raya Saguling. Akibatnya aktivitas warga lumpuh. Alat berat pun diturunkan untuk mengeruk material longsor. Selain menutup jalan, longsor juga menimpa sejumlah rumah.

Ketika memasuki musim penghujan seperti sekarang, potensi akan terjadinya bencana alam lebih tinggi dari biasanya. Untuk itu, penting adanya kewaspadaan sembari tetap bersahabat dengan alam. (Ado)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya