3 Album Kolaborasi Rock Indonesia Terbaik di 2014

Musik rock belum tamat. Dan di tahun ini, terdapat 3 album kolaborasi yang patut disimak.

oleh Feby Ferdian diperbarui 22 Des 2014, 07:00 WIB
Musik rock belum tamat. Dan di tahun ini, terdapat 3 album kolaborasi yang patut disimak.

Liputan6.com, Jakarta Meskipun banyak yang beranggapan kalau musik rock sudah tidak lagi menjadi 'raja' di Tanah Air, bukan berarti kalau para punggawanya lantas ikut berhenti membuat kreasi-kreasi baru.

Di tahun ini misalnya, walaupun tak terlalu bergaung di televisi nasional, setidaknya ada tiga album kolaborasi rock yang benar-benar sayang untuk dilewatkan. Pasalnya, selain menawarkan musik yang dapat membuat kita bernyanyi ala rockstar, para bintang tamunya juga bukan musisi sembarangan.

Penasaran? Simak ulasannya berikut ini:


Piyu - Self Titled

Piyu, gitaris Padi.

3. Piyu - Piyu

Berpisah sejenak dari bandnya, Padi, gitaris asal Surabaya Piyu mencoba menciptakan album solo untuk memperluas kreasi musiknya di Tanah Air.

Yang menarik, di album ini, Piyu berkolaborasi dengan delapan musisi lintas genre asal Tanah Air. Sebut saja diantaranya Wafda, Kotak, Citra Scholastika, The Frontmen, Anji, Dendy,  Inna Kamarie, hingga grup rock indie, Killing Me Inside.

Alhasil, dalam setiap tracknya, kita akan dibawa ke suasana yang jauh berbeda dengan apa yang biasa kita dengarkan di Padi dulu. Aura itu lantas diperkuat dengan dua lagu pamungkas Piyu yaitu Sakit Hati dan Segitiga yang dipersembahkannya secara instrumental.(Rul/Feb)


Endank Soekamti - Kolaborasoe

Album terbaru Endank Soekamti dirilis dalam bentuk box set seharga Rp300 ribu.

2. Endank Soekamti - Kolaborasoe

Pada awal November 2014 kemarin band punk asal Yogyakarta Endank Soekamti merilis album keenam mereka yang bertajuk Kolaborasoe. Sesuai dengan judulnya, band yang beranggotakan Erix Soekamti (vokal, bass), Dory Soekamti (vokal, gitar), dan Ari Soekamti (drum) itu bekerjasama dengan beberapa musisi-musisi ngetop Tanah Air.

Sebut saja diantaranya Naif, Es Nanas, Didi Kempot, Pongky Barata, Slank, Gigi, komedian Kemal Palevi, Coboy Junior, Pure Saturday, Dewa 19, band pendatang baru Tom Kill Jerry, hingga Cherrybelle.

Para musisi tersebut memberikan satu lagu mereka untuk di aransemen ulang dengan gaya khas Erix cs. Jadi jangan kaget bila mendengar lagu Anyer 10 Maret dari Slank yang mellow dirombak habis dan menjadi lagu punk rock.  Juga single Cherrybelle berjudul Dilema yang diubah menjadi lebih galak.

"Kalau soal musik, memang semua aransemen lagu diubah ciri khas Endank Soekamti. Tapi, kalau isian vokal Erix dan musisi aslinya, sebisa mungkin 50:50. Karena kami nggak mau karakter vokal aslinya itu hilang," ucap gitaris Endank Soekamti, Dory, di tengah peluncuran album Kolaborasoe di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2014).

Dari 14 lagu, ada tiga lagu baru yang diselipkan yakni Heavy Birtday, Syubidu, dan Luar Biasa. Lagu Luar Biasa dibawakan oleh komedian stand up komedi, Kemal Palevi. Sedangkan di lagu Heavy Birthday Endank Soekamti membawakannya dengan tokoh animasi yang tengah naik daun, Sopo Jarwo.

"Kami sengaja ajak Kemal walaupun suaranya pas-pasan, biar makin beragam.  Terus kenapa Sopo Jarwo, karena kelak Jarwo akan menjadi semacam Gorilaz versi Jawa begitu," pungkas Erix.(Spt/Feb)


Superglad - Berandalan Ibukota

Dua tahun tak berkarya, band punk asal Jakarta, Superglad kembali menggebrak lewat album baru yang mereka beri nama 'Berandalan Ibukota'.

1. Superglad - Berandalan Ibukota

Dua tahun tak berkarya, band beraliran punk asal Jakarta, Superglad kembali menggebrak lewat album baru yang mereka beri nama Berandalan Ibukota.

Yang perlu disimak, selain sukses menyegarkan ingatan para penggemar musik punk tentang betapa tidak bisa diremehkannya band ini, sejumlah musisi papan atas juga turut menyumbang suara di album ini.

Sebut saja Ras Muhamad, Farri Icksan (The S.I.G.I.T), Rindra (Musikimia), Eben (Burgerkill), Roy Jeconiah (RI-1), Kojek, No Fire, Andreas (Sonic People), Henri (Black Pinishi),  hingga adik dari Anda Perdana, Bonita (Bonita and The Hus-Band).

"Kami memberikan kebebasan kepada mereka (musisi tamu) dalam membuat aransemen. Dan yang ada, kami malah terbawa karakter mereka.  Contohnya ketika  rekaman bareng Rindra, karakter lagunya jadi mirip band lamanya, Padi," ujar Luks.

Mengenai angka sepuluh itu sendiri, sengaja dipakai Superglad  sebagai lambang  akan  usia band mereka yang kini sudah memasuki angka sepuluh. Dan bila menyimak keseluruhan lagu-lagu ini, rasanya sudah menjadi sebuah keharusan untuk menjadikan album ini sebagai salah satu koleksi anda.(Feb/Ade)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya