Liputan6.com, Jakarta Emosi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan individu. Disadari atau tidak, berbagai perilaku kita sehari-hari mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks banyak dipengaruhi oleh emosi. Tidak hanya itu saja, bahkan berbagai keputusan penting dalam hidup kita pun banyak dipengaruhi oleh emosi. Oleh karenanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa secara umum, emosi memainkan peranan yang penting dalam kegagalan maupun keberhasilan individu dalam kehidupannya.
Dalam hal emosi, individu yang sehat adalah mereka yang mampu melakukan pengelolaan terhadap emosinya. Pengelolaan emosi yang baik ditandai paling tidak oleh dua hal. Yang pertama adalah kemampuan mengekspresikan emosi sesuai dengan situasi yang dialami dan yang kedua adalah kemampuan mengendalikan perilaku, khususnya perilaku yang tidak adaptif yang mengikuti suatu emosi terutama emosi negatif.
Advertisement
Dalam keseharian, banyak orang yang mengalami kegagalan dalam mengelola emosinya. Kegagalan individu mengelola emosi akan berdampak kurang baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. Dampak negatif ini bahkan terjadi juga pada individu-individu yang memiliki status yang tergolong “mapan” dalam berbagai segi misalnya status sosial ekonomi dan status pendidikan. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kemudian ada orang yang terpelajar dan sebenarnya memiliki kemampuan kognitif yang tergolong baik namun mengalami masalah bahkan kegagalan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya mengelola emosi.
Sejak usia dini
Pengelolaan emosi sebenarnya dapat dilatih semenjak usia dini. Orangtua dan guru sebagai orang dewasa yang memiliki peran penting dalam perkembangan anak dapat membantu dan mengajarkan anak cara mengelola emosi dengan beberapa cara:
1. Menjadi model pengelola emosi yang baik
Karena anak banyak mempelajari ketrampilan hidup dari meniru, orangtua dan juga guru perlu memberikan contoh kepada anak bagaimana cara mengelola emosi yang baik. Dalam strategi ini, orangtua dan guru memang kemudian dituntut untuk terlebih dahulu menjadi orang-orang yang memiliki kemampuan mengelola emosinya. Tampak kurang adil jika misalnya saja kita menuntut anak kita menjadi penyabar sedangkan kita sendiri sebagai orangtua atau guru menampilkan diri sebagai pribadi yang pemarah.
2. Membantu anak menerima emosi
Emosi, baik yang positif dan negatif, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Oleh karenanya, orangtua dan guru sebaiknya membantu anak untuk dapat menerima berbagai emosi yang dirasakannya akibat dari adanya berbagai peristiwa. Oleh karenanya, anak perlu didorong untuk mampu menerima munculnya emosi dalam dirinya. Dorongan ini dapat diwujudkan lewat membicarakan emosi-emosi yang muncul dan meyakinkan pada anak bahwa hal tersebut bukanlah hal yang buruk untuk dirasakan.
Advertisement
Identifikasi emosi
3. Membantu anak mengidentifikasi emosi
Meskipun anak-anak sudah dapat mengalami berbagai pengalaman emosional dalam kesehariannya, mereka masih memiliki keterbatasan dalam memahami apa yang dirasakannya. Hal ini seringkali membuat anak menjadi bingung bahkan frustasi. Salah satu kemampuan dasar dalam pengelolaan emosi adalah memiliki pengetahuan tentang emosi yang sedang dirasakannya. oleh karenanya, pada tahap ini, orangtua dan guru perlu membantu anak untuk mengidentifikasi emosi yang muncul. Diharapkan, anak kemudian mengetahui bahwa saat ini dia sedang mengalami suatu emosi misalnya sedih, senang, atau marah.
4. Membantu anak mengekspresikan emosi
Beirkutnya adalah mendorong anak untuk mampu mengekspresikan emosi yang dirasakannya. Hal ini merupakan kemampuan yang penting karena memendam emosi akan menimbulkan dampak yang negatif di kemudian hari. Banyak kasus gangguan psikologis yang muncul akibat mekanisme represi yang dilakukan secara terus menerus terhadap kemunculan emosi. Hal ini karena munculnya emosi khususnya emosi yang bersifat negatif memang masih belum sepenuhnya diterima dalam beberapa budaya. Misalnya adanya larangan untuk menunjukkan emosi sedih dan marah karena dianggap kurang menunjukkan kematangan diri. Padahal, munculnya emosi termasuk emosi negatif, asalkan tidak muncul secara berlebihan, memiliki fungsi bagi kesehatan individu. Emosi sedih misalnya dapat menjadi saat seseorang merenungkan dan merefleksikan kembali suatu tahap tertentu dalam kehidupannya
Y. Heri Widodo, M.Psi., Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta