Liputan6.com, Paris - Keberadaan pesawat maskapai Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 masih misterius. Pencarian yang dilakukan tim multinasional selama 9 bulan membuahkan hasil. Bermacam dugaan pun terus bermunculan. Termasuk dari seorang mantan bos sebuah maskapai di Prancis.
Marc Dugain, Mantan Kepala Maskapai regional Prancis Proteus Airlines itu menduga bahwa pesawat yang mengangkut 239 orang tersebut ditembak Angkatan Udara Amerika Serikat dari sebuah pangkalan militer di Diego Garcia, sebuah pulau di wilayah Samudera Hindia Britania.
Menurut dia, saat itu, pihak militer AS mendeteksi bahwa burung besi Boeing 737-200 itu telah dibajak. Lantaran mengkhawatirkan tragedi teror 9/11 kembali terulang, tentara Negeri Paman Sam memutuskan untuk menembak pesawat tersebut.
Dugaan ini disimpulkan pria asal Prancis itu berdasarkan wawancaranya langsung kepada penduduk di Pulau Maladewa yang sempat melihat penampakan pesawat yang mirip MH370.
"Dengan strip merah dan biru dengan latar belakang putih terbang rendah menuju Diego Garcia, pada hari yang sama saat MH370 hilang, 8 Maret 2014," kata Dugain kepada majalah Prancis, Match, yang dimuat Huffington Post, Selasa (23/12/2014).
Hal itu, kata dia, juga didukung berdasarkan pengetahuannya bahwa pesawat jenis Boeing rentan untuk dibajak dari jarak jauh. "Pada 2006, Boeing mematenkan sistem remote control pada bagian dalam dan luar pesawat," ujar Dugain.
Selain itu, dia mengaku dirinya sempat melihat foto-foto dari sejumlah obyek asing yang hanyut ke pantai pulau Baraah, tak jauh dari pulau Kudahuvadhoo, sekitar Diego Garcia.
Meski demikian, hingga saat ini, belum ada puing-puing pesawat yang ditemukan. Kepada media France Inter, Dugain mengaku heran mengapa militer AS tak bisa mendapatkan serpihan pesawat itu setelah mereka menembaknya.
"Ini merupakan markas militer yang sangat canggih. Sungguh aneh, mengapa Amerika bisa kehilangan jejak pesawat," kata Dugain.
Salah Tembak
Dugaan MH370 ditembak juga pernah dilontarkan Nigel Cawthorne dalam buku berjudul, 'Flight MH370: The Mystery'. Menurut salah satu pengarang buku paling produktif di Inggris yang sudah menerbitkan 150 buku itu, pesawat milik maskapai negeri jiran tersebut diduga tak sengaja ditembak jatuh dalam latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Thailand.
Menurut teori dalam buku itu, salah tembak tersebut mungkin telah ditutup-tutupi karena pemerintah tidak ingin ada serangan balasan. Data yang dikirim untuk memandu pencarian -- pertama di Selat Malaka dan kemudian ke selatan Samudera Hindia -- menurut Cawthorne, adalah tipu muslihat untuk menutupi kenyataan.
Cawthorne mendasarkan teorinya pada saksi mata di Selandia Baru, seorang pekerja rig minyak, Mike McKay yang mengaku melihat bola api di langit dari tempatnya bekerja di Laut China Selatan pada 8 Maret dini hari.
"Sejak pertama saat aku melihat objek (diduga pesawat) hingga api keluar (masih di ketinggian) adalah 10-15 detik. Tidak ada pergerakan lateral, tak jelas apakah itu menuju ke arah kami, tetap di sana, atau menjauh," kata McKay pada para bosnya dalam surat elektronik sesaat setelah insiden.
Sementara itu, menanggapi dugaan terbaru dari Marck Dugain, Kepala Kepolisian Malaysia Abu Bakar menegaskan perlu adanya bukti. Klaim dari Dugain tak dapat dibenarkan bila tak ada bukti yang jelas. Dugaan ini, kata Abu Bakar, hanya merusak hubungan antara negara.
"Kita harus perhatikan perasaan keluargak korban. Tujuan utama kami adalah menemukan pesawat dan hanya percaya dengan segala sesuatu yang sudah jelas," kata Abu Bakar kepada Malaysia Kini.
Hingga kini, belum ada konfirmasi dari pihak Amerika Serikat atas dugaan penembakan MH370 itu. (Riz/Ein)
Advertisement