'Gus Dur di Mata Perempuan'

Apa kata para perempuan soal sosok mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur?

oleh Taufiqurrohman diperbarui 23 Des 2014, 23:21 WIB
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU mengadakan acara peluncuran buku berjudul 'Gus Dur di Mata Perempuan'. Acara yang juga merupakan bagian dari peringatan Haul Gus Dur ke-5 ini, turut mengundang istri almarhum Sinta Nuriyah Wahid, Ala'I Najib selaku editor buku, Anis Hidayah dari Migrant Care, dan Ribka Tjiptaning sebagai mantan ketua komisi IX DPR dari PDIP.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU, Hj Ida Fauziyah menuturkan, hadirnya buku 'Gus Dur di Mata Perempuan' menjadi angin segar untuk mengobati kerinduan terhadap sosok pluralisme tersebut. Menurutnya, dalam buku tersebut berisi pemikiran Gus Dur yang memiliki keberpihakan terhadap kaum tereklusi melalui berbagai pemikiran dan kebijakan baik selama menjadi Presiden RI maupun sepak terjangnya dalam NU.

"Pentingnya peluncuran buku 'Gus Dur Di Mata Perempuan' dalam peringatan haul ke-5 nya ini, adalah demi mengingatkan kita pada sosok almarhum yang memiliki pemikiran fundamental, bagi terwujudnya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki," kata Ida di Jakarta, Selasa (23/12/2014).

Ida menyebut bahwa perkembangan terkait hak-hak perempuan dalam berbagai sektor di beragam sendi kehidupan saat ini, tentunya tidak terlepas dari sosok Gus Dur yang menjadi salah satu pencetus dan pejuang yang sangat gigih dalam membela hak-hak perempuan.

Lebih jauh mantan Ketua Komisi VIII DPR periode 2009-2014 ini juga mengapresiasi penuh pemerintahan Jokowi-JK saat ini, yang cukup bijaksana dengan menempatkan sejumlah posisi kementerian untuk dipimpin secara langsung oleh kaum perempuan.

"Berkat perjuangan Gus Dur dan kerja keras para pejuang kesetaraan dan keadilan gender lainnya di Indonesia. Saat ini kita bisa menikmati perkembangan dalam hal keadilan dan kesetaraan gender. Walaupun kesetaraan di berbagai bidang itu belum sempurna secara keseluruhan, namun kita patut berbangga dimana ada 8 orang perempuan hebat yang mengisi 8 posisi menteri dalam kabinet kerja pemerintahan Jokowi-JK hari ini. Hal tersebut tentunya layak diapresiasi," beber Ida.

Sementara itu, Salah satu penulis, Maria Ulfah Anshor mengatakan, buku 'Gus Dur di Mata Perempuan' ini berawal dari cita-cita Fatayat untuk mendokumentasikan pandangan dan pengalaman perempuan terhadap sosok dan perjuangan Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur adalah pribadi yang tak terpisahkan dalam perjalanan dan perjuangan Fatayat.

"Kami ingat, November 2008 adalah saat bersama dengan Fatayat dalam acara publik, seminar tentang gender dan kebudayaan. Gus Dur bahkan sempat meledek dengan gayanya yang khas katanya Fatayat ketinggalam zaman, baru bicara soal itu sekarang," cerita Maria. "Rupanya itu pertemuan terakhir dengan Fatayat dalam forum resmi," tambahnya dalam kesempatan yang sama. (Riz)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya