Dortmund di Zona Merah Setengah Musim, Tanda Akhir Era Klopp?

Dalam 30 bulan, Dortmund berubah dari tim unggulan di kancah Eropa menjadi pesakitan di Bundesliga, kenapa gerangan?

oleh Darojatun diperbarui 24 Des 2014, 12:37 WIB
Juergen Klopp, tetap dicintai meski Dortmund terpuruk.

Liputan6.com, Dortmund - Bundesliga 2014/15 sudah memasuki fase winterstop dan para pemain pun segera berkemas untuk menjalani liburan Natal ke Portugal atau Barbados. Liburan yang pahit sedang dikecap para penggawa Dortmund sudah menelan 10 kekalahan dalam total 17 laga. Figur yang paling puyeng jelas pelatih mereka, Juergen Klopp.

Der trainer berusia 47 tahun itu bilang, "Jangan coret kami dulu dari Bundesliga 1 karena situasi buruk ini justru membuka banyak peluang bagi kami untuk memperbaiki diri. Saya sudah memiliki banyak catatan dan pembelian pemain baru adalah salah satu cara untuk membenahi keadaan."

Pernyataan Klopp kepada Kicker pada dua hari menjelang Natal ini mungkin adalah sebuah sinyal. Der Borussen tidak berniat cuci gudang dengan menjual pilar-pilarnya yang sekelas Pierre-Emerick Aubameyang, Ciro Immobile, dan Mats Hummels. Nama terakhir ini bahkan sudah deras dipinang Arsenal dan Manchester United. 

Sebenarnya apa yang salah sehingga sang kampiun Bundesliga di 2013 silam terpuruk sedemikian dalam?

Penjualan pemain yang jor-joran tidak dipraktikkan Dortmund dan kepercayaan publik, pemain, hingga manajemen kepada Klopp pun sangat tinggi. Pelatih berkaca mata itu sudah menjadi darling di Jerman. Klopp dikenal rendah hati dan sangat ilmiah dalam membangun kerajaan sepak bolanya.

Sosok yang tidak pernah "asbun" alias asal bicara, seperti kebanyakan eks pelatih dan eks pemain timnas Jerman di media cetak dan televisi lokal, itu bahkan terus digadang-gadang untuk menggantikan bundestrainer di nationalmannschaft, Joachim Loew, suatu saat nanti. 

Itulah juga sebabnya publik berharap raihan tiket untuk Klopp melatih timnas Jerman kembali terbuka dengan membaiknya kinerja Dortmund. Doa Natal ini bahkan tidak sekadar dilantunkan para penggemar Der Borussen, tapi juga suporter klub-klub lain yang berharap dirinya suatu saat dikontrak DFB untuk menukangi timnas!

Nah, kini muncul sebuah analisis kenapa Dortmund masuk di zona merah klasemen sebagai klub dua terbawah pada separuh musim. Simak uraiannya di halaman berikut.


Taktik Ditiru dan Pemain Menua

Kevin Kampl, jadi solusi baru soal kelambanan Dortmund.

Kekalahan 1-2 di kandang Werder Bremen pekan lalu adalah sebuah titik nadir dalam perjalanan Dortmund. Hasil itu membuat Bremen ada di perbatasan zona degradasi (peringkat 16) sedangkan Dortmund jadi berduet dengan Freiburg untuk mendekam dalam posisi paling buncit dalam klasemen. 

Uniknya, Hummels justu dengan sangat brutal malah bersikap jujur. "Kami ini bermain bak sekumpulan orang idiot. Kekhawatiran soal ini sudah berjalan berminggu-minggu. Tapi setiap langkah perbaikan yang kami ambil selalu terasa salah sehingga di lapangan kami menunjukkan permainan yang sangat buruk. Kami pantas berada di dasar klasemen," kata kapten Dortmund itu. 

Otak para pemain Dortmund saat di Bremen pekan lalu disebut-sebut media lokal sudah tidak ada di lapangan, tapi di pantai Barbados dan Portugal.

Intinya, belum pernah sebelumnya Borussen bermain seburuk itu, sehingga kian besarlah misteri soal kenapa pemegang status double winner dan eks finalis Liga Champions dua musim silam tersebut jadi terjun ke jurang hanya dalam tempo 30 bulan saja.

Analisis di Sueddeutsche Zeitung menyebut Klopp tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengondisikan tim karena pre-season terpotong agenda Piala Dunia 2014 dan Hummels cs tidak punya cukup waktu rihat di musim panas lalu. Padahal, cetak biru cara bermain Dortmund yang sempat sukses amat membutuhkan stamina dan pengertian yang tinggi antarpemain. 

Transisi strategi bertahan menjadi menyerang ala Dortmund membutuhkan kekompakan yang sangat presisi di kedua kotak penalti. Tekanan kolektif pada lawan yang tengah menguasai bola segera diikuti transisi cepat di kedua sayap dan di poros serangan sekitar lingkaran tengah.

Pola ini justru banyak ditiru secara parsial maupun secara penuh oleh para pesaing seperti Bayern Muenchen, Augsburg, dan klub promosi Paderborn, yang berhasil mendaki hingga ke peringkat ke-10 saat ini. Upaya Klopp mengubah strategi sesuai dengan kondisi riil para pemain adalah dengan lebih sering memakai pola 4-4-2 dan mengandalkan vertikalitas ketimbang langsung menusuk ke jantung pertahanan lawan.

Sayangnya, pressure ketat dengan pola baru ini tidak disertai dengan sapuan-sapuan cepat bola ke arah kotak penalti lawan di saat yang tepat. Banyak peluang jadi terbuang percuma. Perekrutan playmaker asal Salzburg, Kevin Kampl (24 tahun), diharapkan bisa memperbaiki kerusakan tim dengan cepat. 

Sebagai pelatih yang sudah berada di Dortmund selama tujuh musim, Klopp telah menjelma sebagai pemimpin spiritual di antara para pemain dan tidak sekadar menjadi pelatih biasa. Kedatangan Kampl adalah langkah pertama dalam sejumlah perbaikan kilat sang peracik taktik di Januari 2015 dan mereka diyakini tidak bakal turun ke Bundesliga 2 pada Mei mendatang.

Akan tetapi, pemain-pemain pengikut spiritualitas baru dari Klopp tidak lagi secepat di 2011/12 sehingga sekadar selamat dari ancaman degradasi musim ini akan menjadi akhir sebuah era Klopp di tatanan sepak bola Jerman. Raihan posisi di papan tengah musim ini sudah cukup baginya sebagai tiket melatih di luar Jerman. Arsenal misalnya?

 

Baca juga:
Dahsyat! Manchester United Tawar Gareth Bale Rp 2,3 Triliun
7 Tim Jawara di Tahun 2014
4 Momen Ajaib "Fergie Time"

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya