Liputan6.com, Aceh - Jersey Portugal dengan nama Rui Costa dengan nomor punggung 10 sangat berharga untuk remaja Aceh, Martunis. Kaos itu membuat dia terkenal dari bencana Tsunami Aceh, sepuluh tahun silam.
Martunis menceritakan bencana yang mengubah hidupnya 1 dekade lalu. Ketika itu, dia bersama ibu dan adiknya tengah berada di mobil untuk melarikan diri dari bencana Tsunami. Namun upayanya sia-sia. Tanpa ampun, gelombang besar air menggulung mobil mereka.
Ketika air menyapu, Martunis dan ibu beserta adiknya terpisah. Martunis berhasil bertahan dari ganasnya gelombang Tsunami yang membawanya ke tengah laut. Dia pun mengapung selama 21 hari. Saat itu, Martunis yang dikelilingi puing-puing kehancuran berpikir kalau dia adalah mahluk terakhir di Bumi.
Setelah 21 hari mengapung di laut, Martunis ditemukan tim medis hanya menggunakan jersey Portugal kebanggaannya itu. Begitu diserahkan ke dokter, dia tidak mempunyai tenaga sedikit pun, bahkan Martunis tampak bingung dengan keadaan disekitarnya.
"Saya memakai baju ini selama 21 hari dan mengambang di laut," kenang Martunis saat menceritakan pengalaman hidupnya di bencana Tsunani, 26 Desember 2004, katanya seperti dikutip Yahoo Sport.
Martunis yang kini sudah berusia 18 tahun memang fans berat Portugal. Martunis yang kala itu berusia 8 tahun tidak menyangka, kaus merah marun dengan logo di dada kiri membuat dia disorot dunia. Sebab kaos tersebut mengantarkan dia bertemu dengan pemain Timnas Portugal, termasuk bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo.
"Saya sangat senang ketika memegang baju ini. Bagi saya, ini membawa kenangan yang tidak terlupakan. Saya bangga dengan jersey ini," dia menuturkan.
Bersambung ke halaman selanjutnya >>
Advertisement
Tidak Mengenali Ayahnya
Tidak mengenali Ayahnya
Ketika berada di tangan dokter, Martunis dipertemukan dengan ayahnya yang juga selamat dari salah satu bencana terdahsyat di dunia itu.
Karena terlalu lelah dan tidak mengingat apapun lagi, Martunis sempat tidak menyadari kalau pria yang berdiri di depannya itu adalah sang Ayah.
"Saya membawa Martunis ke rumah sakit dan berkata: Anak ini baru saja ditemukan," kata Mohammad Hatta, tim medis yang menemukan Martunis di pinggiran pantai Aceh.
"Saya merasa saat ditemukan, itu adalah kekuatan terakhirnya. Jika kami terlambat, dia sudah tidak bersama kita lagi," tambahnya.
"Kemudian saya berkata kepada ayahnya: 'Dia masih bingung dan mencoba melupakannya. Perlahan-lahan saja'," cerita Martunis.
Ketika sang ayah memasuki kamar Martunis di rumah sakit, bocah yang ketika itu berusia delapan tahun hanya menatap dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. "Saya berkata kepada Martunis: Apakah kamu kenal dengan dia? Dia adalah ayahmu." ucap Hatta. "Kemudian ayahnya berjalan dan Martunis mulai menangis."
Bersambung ke halaman selanjutnya >>
Advertisement
Kehidupan Martunis Saat Ini
Kehidupan Martunis Saat Ini
Sepuluh tahun telah berlalu, Martunis telah tumbuh menjadi pria dewasa. Dia mempunyai cita-cita untuk menjadi pemain sepak bola profesional.
Untuk mencapai cita-citanya itu, Martunis berlatih di Sekolah Sosial Olahraga Real Madrid Foundation Aceh atau Social Sport School Real Madrid Foundation Aceh (SSS RMF Aceh). Sama seperti pemain lainnya, Martunis mendapat pelajaran mengenai cara bermain sepak bola yang benar.
Usai pulang dari, SSS RMF Aceh, Martunis menceritakan empat jersey Portugal yang sangat disukainya. Jersey pertama ditandatangani seluruh pemain sepak bola Timnas Portugal. Jersey itu diberikan pemain Portugal ketika Martunis menjadi berita utama di seluruh dunia mengenai kehidupannya yang selamat dari gelombang Tsunami.
Jersey kedua dengan desain putih, ditandatangani oleh pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo. Ketika bertemu dengan Martunis, Ronaldo menyebutnya sebagai 'anak angkat'.
Seragam ketiga adalah baju yang dipakainya saat kecil dengan nomor punggung 10. Kostum terakhir sangat spesial dan juga diberikan Ronaldo, yakni jersey Portugal dengan nama Martunis bernomor punggung 1."Jika dia membaca cerita Anda. Mungkin dia akan menelepon saya," kata dia mengakhiri ceritanya.