Djarot Saiful: Blusukan untuk Berdialog, Bukan Hal Luar Biasa

Menurut Djarot, blusukan bukan sekedar datangi kampung, menyapa lalu beri bantuan. Tapi juga suatu upaya menjadikan warga subjek pembangunan

oleh Luqman Rimadi diperbarui 26 Des 2014, 15:39 WIB
Wagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Meski belum genap 10 hari menjadi wakil gubernur, namun Djarot Saiful Hidayat telah menunaikan janjinya untuk langsung tancap gas, menunaikan tugasnya dengan blusukan ke kampung-kampung atau tempat yang menjadi pusat permasalahan di ibukota.

Banyak yang mengapresiasi aksi blusukan Djarot, namun tak sedikit yang menilai aksi tersebut pencitraan semata untuk mendongkrak namanya sebagai 'orang baru' di DKI Jakarta.

Menanggapi tudingan itu, mantan wali kota Blitar tersebut tak mau menggubrisnya. Ia mengatakan, blusukan bukan hal baru baginya. Karena itu, penilaian negatif tentang blusukannya dianggap hal biasa.

"Begini, sudah beberapa kali saya sampaikan, blusukan bukan hal luar biasa. Kalau di Jakarta kita turun ke bawah pasti dibilang pencitraan, saya tidak pikirkan itu. Ini kan tujuannya untuk berdialog dengan warga, untuk mengetahui permasalahan," ujar Djarot di kediaman dinasnya, Jalan Besakih, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (26/12/2014).

Menurut Djarot, blusukan bukan hanya sekedar datang ke kampung, menyapa warga, lalu memberi bantuan. Namun juga ‎merupakan suatu upaya menjadikan warga sebagai subjek pembangunan yang aspirasi dan keinginannya harus didengar.

"Dia punya keinginan, harapan, sehingga masyarakat perlu kita jadikan subjek dan objek pembangunan. ‎ Mereka perlu kita ajak bicara, dari bicara itulah tumbuh satu filosofi musyawarh mufakat," kata dia.

‎Djarot pun mencontohkan, ketika Pemprov DKI ingin menata kampung kumuh dengan program kampung deret yang digagas gubernur sebelumnya, Joko Widodo atau Jokowi. Menurut Djarot, hal terpenting adalah menyerap aspirasi warga kampung yang rumahnya akan di tata dan melakukan sosialisasi yang baik, agar warga yakin dan percaya program pemerintah untuk menyejahterakan warga.

"‎Kami ingin menata suatu perkampungan kumuh dan tidak layak huni dan mereka merasa tidak mampu, mari kita duduk bersama. Misalnya desainnya seperti apa, siapa yang membangun, spasial planningnya kayak apa, ini kita bicarakan bersama, dengan cara itu, mereka akan dilibatkan, maka akan ada rasa ikut memiliki. 'Melu handar beni' (merasa ikut memiliki) punya sense of belonging," ‎ujar Djarot. (Sun)

Selanjutnya: Djarot Tak Permasalahkan Gaya Meledak-ledak Ahok


Djarot Tak Permasalahkan Gaya Meledak-ledak Ahok

Djarot Tak Permasalahkan Gaya Meledak-ledak Ahok

Belum sepuluh hari menjabat sebagai Wakil Gubernur, Djarot Saiful Hidayat sudah melakukan beberapa gebrakan. Selain melakukan blusukan ke kampung-kampung dan tempat yang menjadi sumber permasalahan di Jakarta, hal pertama yang dilakukan Djarot yaitu bersilaturahmi dengan DPRD DKI.

Aksi Djarot itu dianggap tepat di tengah hubungan yang memanas antara Dewan dan Pemprov DKI lantaran sikap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang kerap bersikap keras terhadap DPRD. ‎Menanggapi hal tersebut, Djarot mengakui karakter dirinya dan Ahok memang berbeda. Ia menganggap untuk urusan komunikasi, dirinya tak banyak berbeda dengan Jokowi.

"‎‎Ya ini gaya saya. Gaya Djarot. Tapi kemungkinan perannya seperti Pak Jokowi (saat menjadi gubernur). Kultur, background saya juga dibesarkan oleh keluarga Jawa, bicaranya memang tidak bisa meledak-ledak, tapi  ini kan justru perpaduan yang bagus," ujar Djarot di rumah dinasnya, Jalan Besakih, Kuningan, Jakarta Pusat, Jumat, (26/12/2014).

‎Djarot pun mengaku dirinya tak keberatan dengan sikap meledak-ledak yang kerap ditunjukkan Ahok dalam merespons suatu permasalahan atau ada hal yang dianggapnya kurang baik. Politisi PDI Perjuangan itu mengaku tetap akan mempertahankan gaya Jawa-nya dan akan mempertahankan karakteristiknya.

"‎Saya persilakan Pak Ahok dengan gaya seperti itu, tidak apa-apa. Itu sudah menjadi karakter dia. Kalau saya ya dengan gaya saya sendiri. Banyak orang bilang, kalau kami bisa saling melengkapi. Ya dengan itu," ucap Djarot.

Walau sempat mengatakan tidak ada pembagian tugas di antara mereka, menurut Djarot, secara tidak langsung Ahok meminta ia untuk lebih sering turun ke lapangan. "‎Mungkin saya memang yang banyak kegiatan turun ke bawah, Pak Gubernur biar yang menentukan kebijakannya," ucap dia.

Ahok Geram Disebut Anti-Orang Miskin

Sebelumnya, dalam suatu kesempatan Ahok terlihat naik pitam saat mengetahui dirinya disebut anti-orang miskin lantaran menggusur warga bantaran sungai untuk kepentingan normalisasi sungai dan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Ahok menilai relokasi yang selama ini dilakukan oleh Ahok justru demi menyelamatkan jutaan warga Jakarta dari bahaya banjir yang menjadi ancaman tiap memasuki musim hujan. Ahok justru mengaku menjadi korban penipuan warga miskin yang telah mendapat fasilitas rumah susun.

"‎Kita justru bela orang miskin selama ini. Kalau kamu punya 10 rumah, kamu sewain, kamu miskin atau kaya? (jawab: kaya lah) Yang teriak tuh kamu. Yang miskin sekarang nggak pernah dapet rusun. Dapet rumah susun, dia jual. (Kita) ditipu melulu," ujar Ahok.

Mantan Bupati Belitung Timur itu menegaskan langkah relokasi itu justru sudah sangat manusiawi. Sebab Pemprov DKI telah menyiapkan rumah susun lengkap yang lebih nyaman lengkap dengan furnitur di dalamnya sebagai pengganti rumah yang digusur.

"Ini yang paling manusiawi, saya siapin rusun. Pernah nggak dalam sejarah republik ini, kita menyiapkan fully furnished sampai rusun? Ya makanya. Lu kasih tahu sama saya, dunia mana yang lebih manusiawi dari Jakarta? Jangan lihat gusurnya saja dong," tegas Ahok dengan nada tinggi. ‎(Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya