Atasi Sampah Jakarta, Wagub Djarot akan Manfaatkan Taman Kota

Volume sampah DKI Jakarta mengalami peningkatan menjadi 7.000 ton per hari.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 26 Des 2014, 17:56 WIB
Djarot Saiful Hidayat Calon wakil gubernur DKI Jakarta (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menilai, selain banjir dan macet, masalah sampah juga menjadi persoalan besar yang harus segera dicari penyelesaiannya. Terlebih, volume sampah di DKI Jakarta termasuk yang terbesar dibanding provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.

"‎Bagaimana sistem dan cara, pastilah kalau saya turun ke masyarakat, saya bilang persoalan DKI paling menonjol itu adalah sampah dan persoalan sampah harus segera kita selesaikan di tingkat rumah tangga dengan cara memilah mana sampah organik, mana sampah anorganik," ujar Djarot di rumah dinasnya, Jalan Besakih, Kuningan, Jakarta Pusat, Sabtu, (26/12/2014).

‎Ia mengatakan, dengan volume sampah DKI Jakarta yang mengalami peningkatan menjadi 7.000 ton per hari, maka perlu solusi mengurangi sampah dengaan memanfaatkannya menjadi sesuatu yang lebih berdayaguna.

Upaya tersebut yaitu mengelola sampah rumah tangga menjadi pupuk. Untuk melakukan hal tersebut, Djarot pun mengaku berencana memanfaatkan taman-taman yang ada menjadi tempat pengolahan sampah.

"Kami akan ‎menentukan beberapa taman sebagai suatu taman yang mengolah sampah menjadi pupuk organik. Sehingga sampah yang masuk di taman bisa diolah jadi pupuk dan pupuk itu bisa diberi ke masyarakat. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik dan kaca untuk para pemulung," kata dia.

Menurut Djarot, walau menjadi tugas pemerintah mengatasi masalah sampah, dia yakin, permasalahan tersebut tidak akan tuntas bila tidak didukung oleh masyarakat. Ia sendiri melihat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan masih sangat kurang, terlebih sampai saat ini masih banyak warga yang membuang sampah di kali maupun sungai.

"Pas saya ke rumah pompa Cideng, banyak kasur, mebel rusak, pohon pisang, semua dibuang ke sana. Saya tanya sama penjaganya, Pak ini kesusahan nggak ada kasur begini? Dia bilang, kesusahan. Ya bagaimana, warga apa-apa dibuang ke sungai, ini problem. Makanya ini permasalahan banjir jadi tanggung jawab bersama. Pemerintah daerah, pempus, daerah sekitar, dan warga," kata dia.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Saptastri Edningtyas mengatakan, volume sampah meningkat 7,1% per hari. Dari total volume sampah tersebut, sebanyak 5.200 hingga 5.500 ton per hari dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi.

Sedangkan sisanya, sekitar 1.500 ton sampah diolah oleh warga melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Atau diambil oleh pemulung untuk dijual dan diolah kembali.

"Untuk mengangkut sampah sebanyak itu ke TPST Bantargebang, paling tidak kami membutuhkan sedikitnya 900 truk sampah. Sedangkan armada truk sampah kami tidak sampai sebanyak itu," kata Saptastri.  Peningkatan volume sampah itu sendiri yaitu dari yang sebelumnya 6.500 ton perhari menjadi 7.000 ton perhari. (Mvi/Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya