Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan Indonesia kehilangan potensi produksi minyak mencapai 27.200 barel per hari (bph) selama 2014.
Kepala Humas SKK Migas, Rudianto Rimbono mengungkapkan, kehilangan produksi terbesar berasal dari gangguan fasilitas produksi dan pembeli minyak yang mencapai 11.400 bph, tak hanya minyak kehilangan potensi produksi dari gangguan ini juga menimpa gas 140 MMSCFD.
"Kendala gangguan fasilitas seperti sumur fasilitas produksi, unplaned shut down 2.500 kejadian, high invetory Bontang," kata Rudi, di Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Ia menambahkan, gangguan lain disebabkan oleh mundurnya pengoperasian proyek ada enam proyek yang mundur sehingga menghilangkan potensi produksi sebesar 7.400 bph. "Enam lapangan, Banyu Urip, Bukit Tua, keredenan. Lapangan Ridho, Bayan, dan Sampoerna," paparnya.
Kepala Humas SKK Migas, Rudianto Rimbono mengungkapkan, kehilangan produksi terbesar berasal dari gangguan fasilitas produksi dan pembeli minyak yang mencapai 11.400 bph, tak hanya minyak kehilangan potensi produksi dari gangguan ini juga menimpa gas 140 MMSCFD.
"Kendala gangguan fasilitas seperti sumur fasilitas produksi, unplaned shut down 2.500 kejadian, high invetory Bontang," kata Rudi, di Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Ia menambahkan, gangguan lain disebabkan oleh mundurnya pengoperasian proyek ada enam proyek yang mundur sehingga menghilangkan potensi produksi sebesar 7.400 bph. "Enam lapangan, Banyu Urip, Bukit Tua, keredenan. Lapangan Ridho, Bayan, dan Sampoerna," paparnya.
Selain itu, masalah operasional juga membuat Indonesia kehilangan produksi minyak 8.400 bph, masalah tersebut seperti hasil pemboran tidak sesuai target, kendala teknis operasional produksi, ketelambatan fasilitas dan peralatan produksi. "Kendala perizinan dan gangguan keamanan seperti pencurian dari gangguan tersebut Indonesia kehilangan potensi produksi minyak 8.400 bph," pungkasnya. (Pew/Ahm)