Panglima Kohanudnas: AirAsia Kemungkinan Pecah di Dasar Laut

Peristiwa itu memberikan pelajaran baginya. Setidaknya, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi di laut.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 30 Des 2014, 18:37 WIB
Sebuah benda diduga serpihan badan pesawat ditemukan di sekitar Pulau Tujuh di Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (30/12/2014). (AFP PHOTO/Bay ISMOYO)

Liputan6.com, Jakarta - Petugas SAR gabungan menemukan jasad diduga penumpang AirAsia QZ8501 yang hilang kontak sejak Minggu 28 Desember. Selain itu, beberapa serpihan pesawat juga berhasil ditemukan.

Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Marsekal Muda Hadiyan Sumintaatmadja menilai, pesawat hancur setelah sempat tenggelam. Karena itu, fisik penumpang maupun pesawat baru muncul beberapa hari setelah hilang.

"Mungkin artinya pecah di dalam. Artinya kalau pecah di atas pasti sudah terapung. Mungkin pada saat masuk air masih utuh, karena tekanan, pecah. Begitu impact dia pecah kan harusnya bisa diketahui karena terapung," kata Hadiyan di kantornya di Halim Perdanakusuma, Selasa (30/12/2014).

Pria yang pernah bersama-sama dengan Pilot AirAsia QZ8501 Kapten Iriyanto -- saat Kapten Iriyanto menjadi penerbang di AU --  memiliki pengalaman mirip dengan kejadian pesawat yang jatuh di laut.

Hadiyan menuturkan, saat bertugas di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan seorang instruktur sedang latih terbang dengan seorang siswanya. Kala itu, pesawat Sky Hawk yang dikemudikan mengalami masalah sampai akhirnya harus keluar dari pesawat.

Keduanya lalu mendarat di laut. Kala itu, sang instruktur diselamatkan lebih dulu oleh nelayan setempat. Setelah itu, sang instruktur meminta nelayan untuk menyelamatkan siswanya.

"Instrukturnya langsung ditolong nelayan, dia lihat siswanya tidak jauhlah sekitar 500 meter. Setelah menolong, dia bilang ke nelayan disamperin hilang, dicari nggak ketemu, setelah 3 hari baru nongol," tutur penerbang pesawat tempur F-5 Tiger itu.

Peristiwa itu memberikan pelajaran baginya. Setidaknya, berbagai kemungkinan bisa saja terjadi di laut. Tak hanya arus ombak di permukaan, arus dalam juga mempengaruhi posisi korban.

"Artinya, selain tenggelam, kemudian di bawah ada arus terbawa jauh juga," jelas Marsekal Muda Hadiyan Sumintaatmadja.

Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura yang membawa 155 penumpang dan 7 kru hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 28 Desember 2014 sekitar pukul 06.17 WIB. Serpihan pesawat dan sejumlah jasad ditemukan pada hari ketiga pencarian. (Mvi/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya