Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi pada Desember 2014 menembus 2,46 persen atau lebih tinggi dari November 2014 sebesar 1,5 persen.
Kenaikan inflasi itu mendorong tingkat inflasi tahunan kalender 8,36 persen Year on Year (YoY). Sementara itu, inflasi inti Desember 2014 sebesar 1,02 persen. Sedangkan inflasi inti dari tahun ke tahun sebesar 4,93 persen.
Advertisement
Kepala BPS, Suryamin menuturkan, tingkat inflasi ini lebih rendah dibanding 2013. Hal itu karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Ia menambahkan, sekitar 82 kota mengalami inflasi. Kota Merauke mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 4,53 persen dan inflasi terendah di Meulaboh yang mencapai 1,17 persen.
"Dibanding 2013 lebih rendah sedikit. Karena ada kenaikan harga BBM. Pada 2013 inflasi 8,38 persen," ujar Suryamin, Jumat (2/1/2015).
Sejumlah pihak memang telah memprediksi kenaikan inflasi seiring harga bahan bakar minyak (BBM). Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada pertengahan November 2014 terhadap inflasi akan mencapai puncak di akhir tahun ini. Prediksi inflasi Desember yang tinggi berpeluang mengerek inflasi tahun 2014 ke angka 8 persen.
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati menyatakan, imbas dari kebijakan penyesuaian harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter di bulan kesebelas lalu belum terasa signifikan.
"Jadi dampak kenaikan harga BBM akan penuh di Desember ini dengan perkiraan inflasi 2 persen. Dan jika benar, angka tersebut yang tertinggi di tahun ini," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Penyebab utamanya, kata Enny, karena kenaikan harga BBM subsidi berpengaruh besar terhadap tarif angkutan umum. Lanjut dia, ditambah lagi dengan musim libur Natal dan Tahun Baru sehingga melambungkan tarif transportasi.
"Faktor musiman selalu memberikan tekanan tinggi pada inflasi, apalagi ada dampak dari BBM," ujar dia.
Pemicu inflasi lainnya, sambung dia, akibat kenaikan harga bahan pangan dan makanan jadi. Beberapa komoditas yang mengalami lonjakan harga, yakni cabai dan beras.
Atas dasar itu, Enny memperkirakan, inflasi tahunan akan menembus sekira 7 persen sampai 8 persen. Proyeksi tersebut sangat jauh dibanding target di asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar 5,3 persen. (Pew/Ahm)