Liputan6.com, Selat Karimata - Beberapa penyelam mempersiapkan peralatan masing-masing di geladak Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh. Perahu karet pun siap mengantar mereka ke titik koordinat yang diyakini sebagai 'kuburan' AirAsia QZ8501.
Dan cuaca pagi itu memang cukup mendukung. Matahari sedikit cerah, gelombang laut juga tidak terlalu tinggi dibanding hari-hari sebelumnya. Pun demikian kondisi angin, tidak terlalu kencang.
"Pagi ini kita akan melaksanakan tugas mulia, jangan terlalu percaya diri. Kita harus kerja profesional," ujar Komandan SAR Laut Laksamana Pertama TNI Abdul Rasyid K saat apel pagi di KRI Banda Aceh di perairan Selat Karimata, Minggu 4 Januari 2015.
Advertisement
"Sekali lagi jangan memaksakan diri. Kalau tidak mampu segera naik. Dicoba tapi tidak memaksakan diri. Kalau nggak bisa hari ini, kita ada hari esok, tapi tidak memaksakan diri, ini arahan Basarnas (Badan SAR Nasional). Jangan kecil hati, yang penting safety," tegas dia.
Titik Lokasi Penyelaman
Rasyid mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Geo Survei yang diduga telah menemukan titik koordinat jatuhnya AirAsia QZ8501. Tepatnya di titik koordinat 03" 55.27,5 Lintang Selatan dan 110" 31.31. Bujur Timur.
"Saya sudah koordinasi dengan Geo Survei pagi ini, katanya menemukan kontak dengan benda panjang 16 meter, lebar 3,2 meter dan tinggi 3,5 meter. Pagi ini kita arahkan penyelaman ke arah tersebut," jelas Rasyid.
Sementara kondisi lokasi lain adalah benda yang diduga bangkai AirAsia itu berada di kedalaman antara 30-40 meter di bawah permukaan laut. Kemampuan jarak pandang di air saat ini antara 1-2 meter.
Sedangkan kekuatan arus di kedalaman laut saat ini sekitar 2-3 knot, dengan kondisi dasar berlumpur atau pasir dan tinggi gelombang antara 2-3 meter.
Pada hari-8, KRI Banda Aceh memang menuju ke titik lokasi yang diduga sebagai lokasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Selat Karimata. Selain mencari korban dan bangkai pesawat, tujuan ke Selat Karimata ini juga mencari black box atau kotak hitam AirAsia QZ8501 yang hilang kontak pada Minggu pagi 28 Desember 2014.
Tim penyelam dikerahkan jika kondisi cuaca mendukung. Upaya ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa kali oleh tim penyelam, namun tak berhasil karena gelombang tinggi dan angin kencang.
Sehari sebelumnya, Basarnas menyatakan pencarian penumpang AirAsia QZ8501 pada hari ke-7 kurang maksimal. Gelombang di lokasi operasi mencapai 4-5 meter dengan kecepatan arus 55 centimeter per detik. Meski begitu, cuaca akan lebih bersahabat pada esok hari.
"Besok (Minggu 4 Januari 2015) cuaca lebih baik, ketinggian ombak besok sesuai ramalan 1,25-1,5 meter. Mudah-mudahan besok bisa dapat hasil terutama keluarga kita yang jadi korban," ujar Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Jakarta, Sabtu 3 Januari 2015.
Cuaca yang diprediksi lebih baik itu membuat Basarnas menyiagakan puluhan penyelam untuk mencari para penumpang. Total penyelam yang disiagakan adalah 89 orang, yang berasal dari dalam dan luar negeri.
"Saat ini, malam ini, KN Purworejo dari Basarnas sudah bawa 12 penyelam dan ada Kapal Tunda Samudera bawa 8 penyelam. Kurang lebih pukul 20.00 WIB, Kapal Banda Aceh akan merapat dan bawa 47 penyelam," tutur dia.
"Untuk penyelam yang datang hari ini di daerah operasi dari Rusia ada 22. Personel ada 25, tapi yang punya kualifikasi selam hanya 22 orang, termasuk ada peralatan unmen vehicle atau robot yang nanti fokusnya adalah untuk evaluasi kalau black box bisa ditemukan," terang Soelistyo.
Cuaca Kembali Buruk >>>
Cuaca Kembali Buruk
Cuaca Kembali Buruk
Namun pencarian korban dan bangkai pesawat AirAsia QZ8501 yang diduga berlokasi di perbatasan Laut Jawa bagian utara dengan perairan Selat Karimata oleh tim penyelam gabungan TNI AL, lagi-lagi dihentikan sementara akibat cuaca buruk.
Pantuan Liputan6.com, penyelaman yang dimulai sekitar pukul 06.00 WIB itu dihentikan sekitar pukul 09.00 WIB. Sebab, kondisi cuaca di lokasi saat ini hujan deras diselimuti awan tebal serta petir.
"Ya istirahat dulu sementara. Cuaca juga begini, makin siang tambah begini (buruk) cuaca," ujar Wakil Kapten KRI Banda Aceh Mayor Laut (P) Priyo Dwi Saputro, di atas KRI Banda Aceh, Minggu 4 Januari 2015.
Selain faktor cuaca, proses penyelaman sendiri tidak dapat dilakukan sekaligus. Untuk penyelaman dengan kedalam 10 meter, tabung oksigen yang digunakan mampu bertahan di dalam air selama 30 menit. Semakin dalam penyelaman, semakin singkat waktu penyelaman.
Pencarian korban dan bangkai pesawat AirAsia oleh penyelam dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yang terdiri dari 15 penyelam, diangkut menggunakan 3 perahu karet. Tim pertama menyelam untuk menyisir lokasi. Jika menemukan bangkai pesawat, tim akan menandai.
Tim kedua kemudian menyusul menggantikan tim pertama dan memulai evakuasi jenazah di dalam bangkai pesawat. Jika memungkinkan, tim ini pula yang akan mengangkat puing atau benda ke permukaan laut.
Kendala cuaca buruk dibenarkan Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Kolonel TNI Aris Bima. Ia mengatakan, sepanjang hari 3 tim penyelam yang melakukan penyelaman di perairan yang jadi lokasi operasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501. Namun, penyelaman terganggu cuaca buruk.
Bima mengatakan, tim penyelam itu terdiri atas personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Marinir TNI AL, dan Pengintai Amfibi (Taifib) TNI AL.
"Penyelam 3 tim, jumlahnya 15 orang. Gabungan Kopaska, Denjaka, Taifib," kata Bima di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu 4 Januari 2014.
Dia mengatakan, tim penyelam itu sudah berhasil menyelam sampai kedalaman 33 meter. Namun, kondisi di dalam laut tidak kondusif. Di mana selain berlumpur dan berkeruh, visibility atau daya lihat hanya berjarak nol meter. Belum lagi arus bawah laut juga terbilang sangat deras.
"Kondisi di dalam air penuh lumpur, keruh, visibility 0 meter, dan kecepatan arus 5 knot," ujar Bima.
Tim penyelam yang sudah menyelam sejak pagi tadi itu memang menargetkan menemukan black box atau kotak hitam AirAsia QZ8501. Kendati demikian, bila menemukan serpihan atau jenazah, mereka tetap akan mengangkutnya.
"Kita istilahnya ya sambil menyelam minum air. Kalau dapat jenazah dan lain-lain ya kita tidak biarkan," kata Bima.
Jarak Pandang Nol >>>
Advertisement
Jarak Pandang Nol
Jarak Pandang Nol
Hadangan cuaca buruk dan medan area pencarian di dasar laut yang berlumpur diakui Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas Pusat, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu 3 Januari 2015.
"Dilakukan penyelaman sementara oleh 2 orang dari tim pelopor penyelam. Penyelaman di daerah di mana ditemukan objek-objek atau benda yang diduga bagian pesawat. Namun karena jarak pandang nol atau gelap mereka kembali ditarik ke atas kapal," ujar Bambang Soelistyo.
Menurut dia, 2 penyelam itu sejatinya sukses sampai ke dasar laut pada kedalaman sekitar 30 meter dari permukaan. Namun, para penyelam itu tidak bisa melihat secara jelas karena jarak pandang nol, dan keadaan di bawah laut juga terkendala kecepatan arus.
"Kecepatan arus 3 hingga 5 knot per jam," ungkap dia. Dilaporkan kedua penyelam, kondisi dasar laut berwujud lumpur hingga menyebabkan jarak pandang nol. Karena kondisi ini, tim evakuasi akhirnya memutuskan menunda penyelaman.
"Selanjutnya diupayakan dengan menurunkan Remotely Operated Vehicle (ROV) dari salah satu kapal di sana," tandas Bambang.
Untuk membantu pencarian, tim penyelam dari Rusia dilaporkan sudah berangkat ke lokasi perairan Selat Karimata, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu Januari 2014 dini hari.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com di Pelabuhan Panglima Utar, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, tim penyelam dari Rusia diberangkatkan menggunakan KP Balam milik Mabes Polri sekitar pukul 01.00 WIB.
Tim tersebut diantar untuk kemudian ditransfer ke KR Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Sebelumnya, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo mengatakan, dua pesawat Rusia juga telah tiba untuk membantu pencarian korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Pesawat Rusia itu akan bergabung melakukan pencarian di Selat Karimata dan sedang dalam perjalanan ke wilayah pencarian. Salah satu pesawat, ujar Bambang, dapat mendarat di air sehingga memudahkan evakuasi. "Tapi dengan catatan tinggi gelombang terbatas."
Awan kumulonimbus pun lagi-lagi menghadang proses evakuasi dan pencarian korban pesawat AirAsia QZ8501. "Kondisi awan masih diliputi awan kumulonimbus," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Pangkalan Udara (Lanud) Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Lukman Soleh, Minggu 4 Januari 2015.
Lukman mengatakan, selain awan kumulonimbus, area pencarian di udara juga akan terganggu oleh hujan-hujan ringan. Namun, itu perkiraan sampai pukul 10.00. Sementara kemarin, cuaca memang juga tidak kondusif di pagi hari.
Cari Sinyal Black Box >>>
Cari Sinyal Black Box
Cari Sinyal Black Box
Walau cuaca buruk menghadang, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tetap mengirim alat pinger locator untuk mendeteksi sinyal kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501.
Alat tersebut diberangkatkan dari Pelabuhan Panglima Utar, Kalimantan Tengah, Minggu 4 Januari 2015 pagi. Pinger locator diangkut menggunakan kapal Badan SAR Nasional untuk kemudian ditransfer ke KR Baruna Jaya I milik BPPT.
"Pinger locator akan diterjunkan ke laut kemudian mengirimkan sinyal ke kotak hitam pesawat AirAsia. Peralatan di kotak hitam kemudian akan menjawab sinyal panggilan tersebut, sehingga diketahui lokasinya," kata Deputi Kepala BPPT Ridwan Djamaluddin.
Ridwan menjelaskan, objek terduga bangkai pesawat yang terdeteksi peralatan BPPT sebelumnya telah terkonfirmasi bukan pesawat AirAsia yang dicari. Saat ini peralatan dari BPPT yang diangkut KR Baruna Jaya I sedang diarahkan ke lokasi lain.
Black box adalah kunci utama yang bisa memberikan informasi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia tujuan Surabaya-Singapura tersebut. Hari ini, pencarian black box akan ditunda sementara karena buruknya cuaca di sekitar wilayah pencarian.
Ada 3 pemburu black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 yang dikerahkan ke perairan Karimata. Pertama, sistem sonar bawah laut yang dibawa tim Rusia. Kedua, robot pendeteksi benda logam dalam air yang dipergunakan BPPT. Ketiga, BBPT mengirim alat pinger locator untuk mendeteksi sinyal kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501.
Memasuki hari-8, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo mengungkapkan ada 9 kapal yang berada di lokasi atau area prioritas pencarian pesawat AirAsia QZ8501. Sembilan kapal tersebut terdiri dari kapal dalam negeri dan kapal dari luar negeri yang membantu pencarian.
"Sembilan kapal sekarang berada di lokasi objek ditemukan. Empat kapal milik Indonesia di antaranya Baruna Jaya, KRI Banda Aceh, Kapal Basarnas. Lalu 2 kapal milik Singapura, 2 Kapal Amerika di antaranya USS Samson dan 1 kapal milik Malaysia," tandas Bambang.
Jasad Korban Kembali Ditemukan
Pencarian black box AirAsia QZ8501 memang belum membuahkan hasil, namun jasad korban AirAsia kembali ditemukan pada hari ke-8.
Kapal Onami milik Jepang menemukan 3 jenazah penumpang Pesawat AirAsia QZ8501 di hari ke-8 pencarian pesawat yang hilang pada Minggu 28 Desember 2014 itu. Kemudian, Kapal perang itu mencoba mengontak KRI Banda Aceh.
"Tapi kontak gagal," kata Mayor Penerbang TNI Setiawan di Posko Utama, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu 4 Januari 2015.
Gagal mengontak KRI Banda Aceh, pesawat CN 295 milik TNI AU dan helikopter Sea Hawk milik Amerika Serikat mendekat ke titik tempat 3 jenazah itu ditemukan. Ketiga jenazah dilaporkan masih utuh dan mengambang.
Dengan penemuan ini, total jenazah yang ditemukan pada hari ke-8 pencarian yakni 4 jenazah. Sebelumnya, di hari yang sama, kapal milik Singapura, RSS Sesitence Singapura, melaporkan telah menemukan 1 jenazah korban pesawat AirAsia. Tapi jenazah belum dapat dievakuasi ke Pangkalan Bun karena terhalang cuaca buruk.
Kekuatan Tambahan >>>
Advertisement
Kekuatan Tambahan
Kekuatan Tambahan
Seiring dengan upaya Tim SAR Gabungan di bawah koordinasi Basarnas, bantuan dari negara sahabat juga terus berdatangan. Amerika Serikat kembali mengirimkan kapal USS Forth Worth untuk pencarian pesawat dan evakuasi korban AirAsia QZ8501.
Kapal tersebut pun sudah tiba di Indonesia. Menurut juru bicara Angkatan Laut AS Greg Adams, Amerika telah bekerja bersama dengan tim Indonesia sejak Selasa 30 Desember 2014 lalu. Selain USS Fort Worth, AS juga sudah mengirim kapal USS Sampson dan 3 helikopter Sea Hawk.
Salah satu helikopter tersebut telah dipakai mengevakuasi 12 dari 30 jenazah korban yang ditemukan. Selain Amerika Serikat, Rusia juga mengirim 40 personel penyelam dan 2 pesawat untuk membantu pencarian dan evakuasi jenazah korban AirAsia.
Tak hanya bantuan asing. Memasuki hari ke-8, Tim SAR Gabungan mendapatkan kekuatan tambahan dalam proses pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501. Yakni didatangkannya KRI terbaru yang dimiliki Indonesia ke lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
"Rencana operasi yang dilaksanakan hari ini sejak pukul 06.00 WIB, melaksanakan tugas pencarian dan evakuasi terdapat penambahan beberapa unit unsur udara dan 2 KRI untuk masuk ke mission area. KRI Usman Harun dan KRI Frans Kaisiepo," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu 4 Januari 2015.
Bambang menjelaskan, tugas tim berikutnya adalah melanjutkan upaya pencarian dan mendeteksi objek yang berada di bawah air, termasuk black box atau kotak hitam. "Kemudian evakuasi korban maupun temuan-temuan bagian yang diduga pesawat," imbuh dia.
Ia menuturkan, sejauh ini terdapat 9 kapal berada di area laut wilayah penemuan objek pesawat dengan 84 penyelam di dalamnya. Kapal-kapal itu antara lain, 2 kapal Amerika Serikat, Malaysia KD Lekir, 4 kapal Indonesia, KN Baruna Jaya I, KRI Banda Aceh, kapal Basarnas Purworejo, dan 2 kapal Singapura.
"Jadi ada 9 kapal yang menunggu di daerah penyelaman. Kemudian kapal Baruna Jaya dan Geo Survei saling bahu-membahu untuk menemukan objek-objek di bawah permukaan," beber dia.
Sementara itu untuk unsur-unsur kekuatan yang ada pada hari ini, Bambang menambahkan, pesawat udara sebanyak 20 unit, terdiri dari fix swing 6 unit, Indonesia 4, Korea Selatan 1, Rusia untuk dimension area 1. Kemudian, helikopter ada 14 unit, baik yang ada di darat maupun di kapal yaitu terdiri dari Indonesia 10, Singapura 2, Amerika Serikat 2.
"Kapal ada 27 unit. Dari berbagai instansi dalam negeri sebanyak 16 unit, termasuk di dalamnya 2 kapal tanker. Luar negeri 11 unit, terdiri dari Singapura 4 unit, Malaysia 3, Amerika 2 dan Jepang 2 unit," tandas Bambang.
Area Pencarian Diperluas >>>
Area Pencarian Diperluas
Area Pencarian Diperluas
Memasuki hari ke-8, pencarian korban dan puing pesawat AirAsia QZ8501 terus diupayakan. Kali ini Basarnas menginstruksikan tim penyelamat untuk memperluas operasi evakuasi dan pencarian ke daerah timur.
"Sektor pencarian untuk yang berwarna kuning, yang dilakukan searching dan evakuasi baik udara maupun laut diperluas ke arah timur," kata kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas Pusat, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu 4 Januari 2015.
Ia menjelaskan, perluasan ke arah timur itu dilakukan lantaran pihak Basarnas memprediksi beberapa objek pencarian, seperti jenazah ataupun pecahan pesawat terbawa arus.
Koordinat Bangkai QZ8501
Basarnas meyakini lokasi jatuhnya burung besi tipe Airbus A320-200 tersebut.
Direktur Operasional (Basarnas) Marsekal Pertama TNI SB Supriyadi mengatakan, operasi pencarian Tim SAR Gabungan membuahkan hasil signifikan terhadap lokasi pesawat tersebut berada. Yakni di dasar laut tepat di daerah terakhir hilang kontak.
"Hari ini kita sudah yakin betul, memang pesawat AirAsia jatuhnya di lokasi lost contact terakhir," ujar Supriyadi di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu 4 Januari 2015.
Supriyadi menjelaskan, dari hasil operasi hari ke-8 pencarian ini, beberapa titik yang jadi fokus pencarian sudah membuahkan hasil memuaskan. Hasil itu didapat dari side scan yang dilakukan melalui sistem sonar dari kapal. Namun demikian, cuaca kembali mengganggu pencarian melalui scaning sonar tersebut.
"Insya Allah besok kalau cuaca baik, pencarian dilanjutkan. Side scan di bawah laut hari ini memang terganggu oleh cuaca," ujar Supriyadi.
Sejauh ini Tim SAR Gabungan di bawah koordinasi Barsanas memang belum menemukan secara pasti posisi dan kondisi badan pesawat tipe Airbus A320-200 itu.
Direktur Operasional dan Pelatihan Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Pertama TNI SB Supriyadi mengatakan, pesawat diduga sudah relatif tidak utuh. Hal itu didapat dari hasil analisis terhadap serpihan-serpihan yang sudah ditemukan.
"Berdasarkan serpihan-serpihan yang ditemukan, badan pesawat ini patah atau pecah. Terpisah antara bodi dan ekornya," ujar Supriyadi dalam jumpa pers di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Minggu 4 Januari 2015.
Black Box Kunci Penyelidikan KNKT
Supriyadi menjelaskan, Tim SAR Gabungan, terutama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga memfokuskan pada ekor pesawat. Sebab, pada ekor pesawat black box atau kotak hitam berada.
"Konsen KNKT itu mencari ekor, letak black box itu," ucap Supriyadi.
Hingga memasuki hari ke-8, black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata -- perbatasan Laut Jawa dan perairan Kalimantan -- belum ditemukan tim pencari gabungan dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Rusia.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo mengatakan, jika black box sudah ditemukan, tim SAR gabungan akan segera melaporkannya ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Tugas para pencari sesudah menemukan black box adalah melaporkan kepada kita (Basarnas). Kemudian kita akan menginformasikan kepada tim KNKT bagaimana untuk memperlakukan si black box," kata Bambang di Kantor Basarnas Pusat, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu 4 Januari 2015.
Sebab, imbuh Bambang, hanya pihak KNKT yang memiliki kemampuan untuk mengetahui isi black box. "Yang punya pengetahuan terhadap black box adalah orang-orang tertentu yang ada di tim investigasi (KNKT)."
KNKT menegaskan kotak hitam atau black box pesawat AirAsia QZ8501 harus segera ditemukan. Sebab, umur baterai yang tertanam di kotak hitam hanya dapat bertahan maksimal 40 hari.
Salah satu anggota tim investigator keselamatan udara KNKT, Toos Sanitiyoso, mengatakan bahwa lewat kotak hitam hantinya misteri jatuhnya pesawat bisa cepat terkuak.
Saat ini, menurut Toos pihaknya baru memegang data umum terkait AirAsia QZ8507. Data umum itu, salah satunya rekaman radar perjalanan AirAsia Surabaya-Singapura. Untuk itu pihaknya berharap kotak hitam cepat ditemukan. Terlebih saat ini bantuan asing juga sudah ikut mencari.
34 Jasad Sudah Dievakuasi >>>
Advertisement
34 Jasad Sudah Dievakuasi
34 Jasad Sudah Dievakuasi
Basarnas terus bergerak mencari pesawat AirAsia yang mengalami kecelakaan di perairan Selat Karimata. Hingga hari kedelapan, proses pencarian mengalami perkembangan.
Tim SAR kembali berhasil mengevakuasi 4 jenazah penumpang AirAsia. 3 Jenazah itu ditemukan oleh kapal milik Jepang, sementara 1 jasad ditemukan oleh kapal Singapura. Total jenazah yang sudah berhasil ditemukan dan dievakuasi berjumlah 34 jasad.
"34 Jenazah sudah ditemukan hari ini. Semuanya sudah dikirim ke Surabaya," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Minggu malam 4 Januari 2015.
Saat ini, 9 dari 34 jenazah itu sudah diidentifikasi oleh tim DVI Polda Jatim dan diserahkan kepada pihak keluarga. Sementara jenazah lainnya masih menjalani identifikasi di RS Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur.
Kesembilan jenazah yang telah diserahkan kepada pihak keluarga adalah Wismoyo Ario Prambudi (24), Stevie Jie (10), Juanita Limantara (30), Hayati Lutfiah Hamid, Grayson Herbert Linaksita, Khairunisa Haidar Fauzi, Kevin Alexander Soetjipto, Themeji Theja Kusuma, dan Hendra Gunawan Syawal.
Fokus Pencarian Hari ke-9
Bambang Soelistyo mengatakan pula, hari ke-9 operasi evakuasi dan pencarian pesawat AirAsia QZ8510 tetap fokus untuk menemukan badan pesawat dan black box atau kotak hitam.
"Besok prioritas adalah penyelaman di daerah penemuan objek yang diduga bagian bodi pesawat. Di luar itu ada 5 kapal yang akan fokus mencari black box. Dua hal ini akan bersamaan kita lakukan besok," ujar Bambang Soelistyo di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu 4 Jnauari 2015.
Ia menilai berdasarkan pengalamannya selama ini, pencarian kotak hitam relatif akan mudah dilakukan bila badan pesawat telah ditemukan. Namun demikian, hingga hari kedelapan, badan pesawat belum ditemukan dan baru hanya serpihan-serpihan pesawat.
"Biasanya berdasarkan pengalaman, maka bagian besar dalam satu area kurang lebih black box itu berada di sekitar itu. Mudah-mudahan besok kita temukan (black box)," ucap dia.
Selain fokus pada pencarian badan pesawat dan kotak hitam, Bambang Soelistyo mengatakan, pihaknya juga tetap fokus mencari penumpang pesawat. Ia pun menduga, selain jenazah korban yang ditemukan mengambang di lautan, sebagian jenazah banyak yang tertahan di dalam badan pesawat.
"Saya punya harapan, masih ada di dalam badan pesawat (AirAsia QZ8501) yang besar dan ada di dalam laut. Korban tetap kita upayakan untuk menemukan sebanyak-banyaknya," ujar Kepala Basarnas. (Ans)