Jaga Stabilitas Harga, Kemendag Percepat Sistem Resi Gudang

Rachmat mengatakan, Sistem Resi Gudang berperan penting dalam mewujudkan stabilitas harga komoditas, terutama bahan pokok.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Jan 2015, 15:33 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel memastikan bahwa harga beras menjelang Natal dan tahun baru 2015 hanya naik tipis, Jakarta, Senin (15/12/2014). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mencanangkan percepatan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) di Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada hari ini, Senin (5/1/2015).

Rachmat mengatakan, SRG berperan penting dalam mewujudkan stabilitas harga komoditas, terutama bahan pokok.

"Kemendag mengelola berbagai instrumen untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pokok dan barang penting seiring dengan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM. Salah satu instrumen yang berperan penting mewujudkan stabilisasi harga adalah Sistem Resi Gudang (SRG)," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (5/1/2015).

Menurut Rachmat, SRG dapat menjadi salah satu instrumen pengukuran ketersediaan stok nasional, khususnya terkait dengan bahan pangan seperti beras, gabah, dan jagung. Hal ini dimungkinkan karena data ketersediaan stok di setiap gudang SRG terintegrasi melalui suatu Sistem Informasi Resi Gudang (IS-WARE) yang dikelola oleh Pusat Registrasi.

Melalui IS-WARE, pemerintah dapat mengetahui ketersediaan komoditas di setiap wilayah lokasi gudang SRG sehingga dapat menjadi alat bantu bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait dengan penyebaran (distribusi) dan penyediaan bahan pangan (impor) di daerah-daerah dalam menciptakan ketahanan pangan nasional.

"Dengan adanya keterpantauan stok nasional oleh pemerintah, serta mekanisme tunda jual dan pembiayaan yang dilakukan atau diperoleh oleh petani, maka SRG dapat berperan dalam mewujudkan stabilitas harga komoditas," katanya.

Intervensi pemerintah dalam pengendalian harga komoditas strategis, khususnya pangan seperti gabah, beras, dan jagung, dapat mulai dikurangi. Hal ini dimungkinkan karena petani yang selama ini tidak memiliki posisi tawar akan mampu menentukan jumlah pasokan komoditas di pasar, sehingga harga komoditas juga dapat mereka kendalikan sendiri.

Selain itu, ketidak-akuratan informasi ketersediaan pasokan dalam negeri juga dapat dihindari, sehingga kebijakan impor yang akan dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat sasaran.

"SRG juga berperan penting sebagai sarana penyimpanan logistik dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Gudang-gudang SRG tersebut dapat menjadi infrastruktur penting dalam pengoperasian supply chain untuk penciptaan program pengadaan dan penyaluran logistik secara nasional," jelas dia.

Gudang merupakan bagian dari jaringan utama di antara produsen dan pelanggan atau konsumen yang digunakan untuk menyimpan persediaan selama seluruh bagian proses logistik berjalan. Dengan demikian, SRG dapat memainkan peran penting dalam jaringan Sistem Logistik Nasional meliputi seluruh komponen dalam perdagangan komoditas, mulai dari hulu (bahan baku) sampai dengan hilir (pabrikan/prosessor), mulai dari petani produsen yang terletak di pedesaan (rural), jaringan perdagangan antarpulau, hingga kebutuhan ekspor ke luar negeri.

Instrumen lain yang dilakukan Kemendag dalam melakukan penstabilan harga komoditas yaitu:

  1. Menciptakan pasar lelang
  2. Membuat SRG
  3. Mengambil kebijakan distribusi bahan pokok
  4. Pengelolaan stok dan ekspor-impor
  5. Pengaturan perdagangan antarpulau dalam rangka mengintegrasikan pasar dalam negeri dengan tujuan menjaga keseimbangan antara daerah surplus dan defisit serta memperkecil harga antardaerah
  6. Pemasaran produk unggulan daerah
  7. mencegah beredarnya barang selundupan dan meniadakan hambatan perdagangan antarpulau.

(Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya