Kata JK Soal Dubes AS Peringatkan Warganya di Surabaya

JK menilai peringatan tersebut merupakan hak dari Amerika Serikat.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 05 Jan 2015, 20:45 WIB
Jusuf Kalla (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta mengeluarkan peringatan keamanan bagi warganya yang tinggal atau tengah berada di Surabaya, Jawa Timur. Terkait peringatan tersebut, Wapres Jusuf Kalla atau JK menyatakan Indonesia dalam keadaan aman.

"Kau kira apa? Ada ribut nggak? Yang ribut (ramai dibicarakan) paling hanya AirAsia itu luar biasa. Yang susah saja kita laksanakan gampang, gimana yang lain. Kau khawatir tidak," kata JK di Kantor Wapres, ‎Jakarta, Senin (5/1/2015).

Terkait peringatan itu, JK mengatakan hal tersebut merupakan hak dari Amerika Serikat. Ia menduga peringatan keluar berdasarkan laporan intelijen dari Negeri Paman Sam tersebut. Meski begitu, pemerintah tak akan melakukan intervensi apa-apa karena sampai saat ini keadaan Indonesia masih kondusif.

"Ya semua negara berhak memberikan peringatan kepada warga negaranya. Terserah saja. Mungkin itu laporan intelijennya‎. Bagi kita tak ada soal, itu hak mereka, sama seperti hak kita beri peringatan keamanan untuk masyarakat kita," terang dia.

Kedubes AS sebelumnya menilai adanya potensi ancaman terkait hotel-hotel dan bank-bank di Surabaya yang dianggap punya hubungan dengan AS.

Menanggapi pernyataan itu, Walikota Surabaya Tri Rismaharani mengatakan, sampai saat ini Surabaya aman. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian di Surabaya sehingga Risma pun yakin saat ini Surabaya dalam kondisi aman.

Sementara itu, di lokasi yang sama, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf mengaku belum menerima surat resmi terkait imbauan Kedubes AS kepada warganya yang ada di Surabaya. Ia justru mengetahui dari media onlinedan media sosial.

"Secara official letter, belum menerima. Tapi saya juga membaca di media sosial, di berbagai media online, tentunya saya harus melakukan antisipasi dengan menempatkan personel dan deteksi dini terhadap kemungkinan adanya travel warning," tutur Anas Yusuf.

pemerintah AS menganggap Indonesia berhasil memberantas kelompok militan lokal menyusul serangan pada 2000-an yang menyasar warga negara asing dan fasilitas-fasilitas asing. Apalagi pihak kepolisian kemudian menangkap dan melumpuhkan sejumlah petinggi kelompok tersebut.

Namun, kekhawatiran baru muncul ketika sejumlah warga Indonesia dikabarkan bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Polri bahkan memastikan bahwa ada 110 WNI yang pergi ke Timur Tengah untuk bergabung dengan kelompok itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya