Liputan6.com, Selat Karimata - Panglima TNI Jenderal Moeldoko dijadwalkan akan meninjau langsung lokasi evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501 di perairan perbatasan Laut Jawa dan Selat Karimata. Karena itu Kapal Perang Republik Indonesia atau KRI Banda Aceh sebagai kapal komando SAR laut menyiapkan diri menyambut kunjungan Panglima TNI.
KRI Banda Aceh sebelumnya memang tengah mengisi bahan bakar minyak atau BBM di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Kota Lumpia ini menjadi pilihan terbaik pengisian BBM, karena lebih dekat ketimbang ke Jakarta.
"Ya, perkiraan sampai ke sana (perbatasan Laut Jawa dan Selat Karimata) sekitar pukul 12.00. Panglima mau datang," ujar Wakil Kapten Mayor Laut (P) Priyo Dwi Saputro saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (6/1/2015).
Perjalanan dari Selat Karimata atau lokasi yang diduga jatuhnya badan AirAsia itu ke Semarang ditempuh sekitar 18 jam. "Tapi ternyata kemarin pas berangkat ke Semarang cuma 14 jam. Karena kedorong arus laut," sambung Priyo.
Maka itu, perjalanan dari Semarang ke sekitar perbatasan Laut Jawa dan Selat Karimata diperkirakan memakan waktu sekitar 14 jam. Itu pun jika cuaca bersahabat. Sementara pada pukul 05.00 WIB, cuaca di Laut Jawa diselimuti awan gelap, hujan dan angin kencang. Belum lagi kapal ini harus melawan arus.
"Tapi kalau angin sih nggak masalah, kalau ombak besar baru (gangguan)," ujar Priyo.
KRI Banda Aceh tiba di Semarang sekitar pukul 15.00 WIB, Senin 5 Januari 2015. Tak berlangsung lama kapal ini bersandar, hanya mengisi sedikit bahan bakar dan logistik. Pada pukul 21.00 WIB, kapal buatan PT DI pada 2011 ini berlayar menuju perbatasan Laut Jawa dan Selat Karimata, lokasi yang diduga jatuh dan tenggelamnya pesawat AirAsia QZ8501.
"Kita ngisi bahan bakar cuma sedikit, soalnya takut nggak keburu sampai ke sana (Laut Jawa). Tapi ini kan nanti banyak lego jangkar, jadi bisa bertahan semingguanlah," pungkas Priyo.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko dijadwalkan meninjau langsung ke lokasi pencarian atau titik koordinat yang diduga AirAsia tenggelam. Perwira tertinggi di TNI ini juga memfasilitasi keluarga korban yang ingin ikut serta dalam peninjauan ini. Dikabarkan, pagi ini Panglima TNI sudah tiba di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
KRI Banda Aceh adalah salah satu kapal perang milik Indonesia yang berjenis armada pendukung. Kapal yang dibuat PT PAL Indonesia tahun 2011 lalu ini memiliki kemampuan mengangkut pasukan serta kendaraan tempur, termasuk helikopter.
Dalam insiden hilangnya pesawat AirAsia QZ8501, KRI Banda Aceh yang dikomandani Letkol Laut Arief Budiman menjadi markas besar atau pusat komando dari operasi pencarian pesawat rute Surabaya-Singapura itu.
KRI Banda Aceh yang sepanjang 220 meter dan lebar 125 meter ini memiliki banyak peran penting. Mulai dari sebagai pusat informasi, penyisiran lokasi yang diduga menjadi tempat jatuhnya pesawat, menjadi tempat evakuasi korban dan barang-barang korban serta puing pesawat AirAsia QZ8501. (Ans/Mut)
Panglima TNI ke Lokasi AirAsia, KRI Banda Aceh Kebut Isi BBM
KRI Banda Aceh menjadi pusat komando dari operasi evakuasi dan pencarian AirAsia QZ8501.
diperbarui 06 Jan 2015, 08:54 WIBKRI Banda Aceh.
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Peta Partai Politik Pilkada Serentak 2024
112 Quote Bahasa Inggris dari Tokoh Terkenal yang Menginspirasi, Lengkap dengan Artinya
Ucapan Selamat HUT Persija dari Pramono Anung, Inginkan Jadi Klub Kebanggaan Kita Bersama
Rahasia Membersihkan Lap Dapur Kotor dengan Cepat, Tanpa Perlu Cairan Pemutih
Makanan Penurun Kolesterol Mudah Dibuat Di Rumah, Kacang Kedelai dan Jahe
Ikea: Donald Trump Terapkan Tarif Impor Bakal Dongkrak Harga
Bangun 800 Ribu Rumah, BTN Butuh Suntikan Modal Besar
Pilkada 1 atau 2 Putaran? Ini Syarat dan Jadwalnya
Kumpul Fakta Liputan6.com Digelar, Upaya Lawan Hoaks Terkait Kesehatan
Teks Khutbah Jumat: Kelola Waktu dengan Bijak, Hindari Kebiasaan Menunda-nunda
Dede Yusuf Ungkap Sakit Mendiang Rahayu Effendy Sebelum Meninggal Dunia, Sempat Dirawat karena Serangan Jantung
Jelaskan Apa Itu Bioteknologi: Definisi, Aplikasi, dan Dampaknya