Citizen6, Jakarta Tahun baru, banyak orang menghabiskan waktu dengan berpesta bersama orang-orang yang dicintainya. Momen tahun baru dianggap sebagai waktu yang begitu penting untuk mencapai pencapaian-pencapaian baru.
Di mal, di tempat wisata, di hotel mereka bersuka cita, bergembira merayakan dengan keluarga atau orang-orang yang dikasihinya.
Advertisement
Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Miko, salah satu dari komunitas pecinta alam Backpacker kece petarung waktu (BKPW) ini. Laki-laki ini memilih merayakan pergantian tahun di puncak gunung. Ia melakukan pendakian solo itu demi mencapai puncak gunung Rakutak.
Gunung Rakutak merupakan salah satu gunung yang menjadi kebanggaan para pendaki di Jawa Barat. Gunung ini terletak di Pacet, Bandung Selatan, Jawa Barat tepatnya di derah Tenggara.
Jaraknya kira-kira 45 kilometer dari pusat Kota Bandung dan kurang lebih 20 kilometer dari kota Majalaya. Yang menjadikan gunung ini istimewa adalah medan yang sangat menantang dan mengandung nilai historisnya.
Di gunung yang mempunyai ketinggian 1922 meter ini banyak jurang yang menganga sepanjang perjalanan dari awal pendakian sampai ke puncak.
Hal yang paling menantang dari Gunung Rakutak ini adalah adanya sebuah jalan sempit dari puncak dua ke puncak utama yang biasa disebut dengan Jembatan Shirotolmustaqim. Julukan ini diberikan karena mengingatkan kita pada jembatan yang sangat tipis dan berbahaya. Di kanan kiri jembatan ini adalah jurang terjal menganga. Setiap pendaki harus ekstra hati-hati ketika melewati jalan sempit di puncak gunung ini.
Meskipun tidak terlalu tinggi namun gunung ini pun memberikan pemandangan yang tidak kalah indahnya. Dari puncaknya kita bisa melihat pemandangan ke bawah yang menghijau. Tampak danau dan puncak gunung lain dari sini.
Selain penuh tantangan, Gunung Rakutak ini merupakan salah satu gunung yang menjadi saksi sejarah Indonesia atas pemberontakan DI/TII. Di kaki Gunung Rakutak ini juga telah dilakukan pembantaian warga sekitar oleh anggota DI/TII.
Bahkan ketua DI/TII sendiri yaitu S. M. Kartosoewirjo ditemukan dan ditangkap hidup-hidup di Gunung Rakutak ini oleh pasukan dalam operasi Bratayudha yang dijadwalkan dari Maret sampai Juni 1962. Kodam VI Siliwangi yang menyusun rencana operasi, menempatkan Batalyon 328 sebagai satuan inti untuk memukul konsentrasi DI/TII.
Nama Gunung Rakutak mungkin terdengar aneh dan jarang terdengar oleh para pendaki tidak seperti gunung lainnya yang familiar seperti Gn. Gede, Papandayan atau Ciremai. Namun jika kalian punya kesempatan mendaki, akan memperoleh pengalaman indah yang tak akan terlupakan.