Liputan6.com, Pangkalan Bun - Menyelam ke dasar laut, apalagi di bulan-bulan cuaca sedang tidak bersahabat seperti saat ini, bukanlah perkara mudah. Beberapa hari terakhir, kondisi perairan di bagian utara Laut Jawa dekat Selat Karimata, ganas dan tidak bersahabat. Gelombang laut menjulang tinggi 3 hingga 4 meter. Di dasar laut, arus bergerak deras hingga 5 knot. Kondisi yang benar-benar tidak ideal untuk diselami, apalagi bagi para pencari korban dan bangkai Pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang pada Minggu 28 Desember 2014.
Bukan hanya ganasnya ombak dan cuaca tak bersahabat. Sejumlah hadangan lain pun dialami para pencari korban dan bangkai, serta black box atau kotak hitam QZ8501. Pertama adalah kondisi dasar laut yang berlumpur. Airnya keruh. Daya penglihatan 0 meter, sehingga penyelam acapkali tak dapat melihat dan menemukan apa-apa di dasar laut.
Komandan Pangkalan TNI AL Banjarmasin, Kolonel Laut Haris Bima, juga mengungkapkan fakta lain yang harus dihadapi penyelam. "Di dasar laut tentu juga dingin dengan cuaca seperti itu. Fisik penyelam bisa langsung turun," tutur Bima kepada Liputan6.com, Selasa 6 Januari 2015.
Selasa adalah hari ke-10 proses pencarian korban dan bangkai Pesawat AirAsia QZ8501. Para petugas penyelamat yang berasal dari Tim SAR Gabungan harus berjibaku mencari black box atau kotak hitam pesawat dan 125 penumpang pesawat QZ8501 yang belum ditemukan.
Di antara para penyelamat ada tim penyelam dari TNI AL, yang terdiri dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Komando Pasukan Katak (Kopaska), dan Pengintai Amfibi (Taifib). Jumlahnya 66 orang.
Tugas utama mereka, menyelam ke dasar laut yang diduga tempat jatuhnya AirAsia untuk mencari, menemukan, lalu mengevakuasi black box dan tentu penumpang yang menjadi korban serta serpihan pesawat.
Di antara tugas itu, pekerjaan utama penyelam adalah mencari kotak hitam. Sebab kotak ini sangat penting untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami pesawat sebelum hilang dan akhirnya jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah.
Melawan Predator Laut
Advertisement
Selain tantangan alam, para penyelam juga harus berhadapan dengan bahaya lain. Yakni predator-predator laut. Sangat terbuka kemungkinan, predator itu berkeliaran di sekitar lokasi pencarian AirAsia QZ8501. Sebabnya, kondisi jenazah yang mulai mengalami proses pembusukan karena sudah terlalu lama di dalam laut.
Para penyelam harus ekstra waspada terhadap kemungkinan itu. Jika tidak hati-hati, bisa-bisa mereka menjadi sasaran para predator itu.
Komandan Tim Penyelam TNI AL, Kapten Laut Edi Tirtayasa mengungkapkan, beberapa predator laut yang ditakutkan yakni hiu, ular laut, dan pari.
Kendati hingga saat itu tidak ada hiu yang mendekat ke lokasi pencarian AirAsia QZ8501, hewan buas itu harus tetap diwaspadai. "Ya pasti mengundang (predator laut) dengan kondisi jenazah yang sudah alami proses pembusukan," ujar Bima.
Gangguan Medis
Menyelam ke dasar laut tak semudah yang dibayangkan. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Dan, dekompresi adalah hal yang paling ditakuti penyelam. Tak terkecuali oleh Tim Penyelam TNI Angkatan Laut (AL) dalam misi pencarian dan evakuasi Pesawat AirAsia QZ8501.
Dekompresi atau decompression sickness merupakan keadaan medis di mana akumulasi nitrogen dalam tubuh selama menyelam menggelembung dan menyumbat aliran darah serta sistem saraf. Keadaan seperti stroke itu yang sangat mematikan dan ditakuti penyelam.
Kepala Dinas Penyelaman Air Armada Wilayah Barat (Armabar) TNI AL Letnan Kolonel Laut Teknik Ferdi Hendarto Susilo mengatakan, para penyelam dalam misi operasi militer bukan perang atau military operation other the war (MOOT) ini sudah mendapat pelatihan dasar mengenai antisipasi dekompresi ini. Meski ada alat khusus untuk menetralisir nitrogen setelah menyelam ketika kena dekompresi. Alat itu bernama chamber.
"Chamber ini cuma dipakai pas keadaan darurat saja untuk mengembalikan kondisi penyelam sehabis menyelam kalau kena dekompresi," ujar Ferdi di Posko Utama Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa 6 Januari 2015.
Selain dekompresi, saat menyelam juga ada hal lain yang mesti diwaspadai penyelam. Di antaranya gangguan pendengaran, gangguan sinus, dan masker yang tidak boleh sangat terlalu kencang.
Panglima TNI Blusukan >>>
Panglima TNI Blusukan
Panglima TNI Blusukan
Berbagai kendala para penyelam tersebut dipahami oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang pada hari ke-10 operasi pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 mengunjungi lokasi diduga jatuhnya pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC itu
"Saya sangat paham kondisi lingkungan daerah operasi ini tidak ramah, gelombang angin sangat tinggi. Saya mengikuti terus kondisi di sini, sungguh sangat membanggakan," ujar Moeldoko saat memberikan sambutan di hadapan penyelam TNI AL di Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh, Selasa 6 Januari 2015.
Perwira tertinggi di TNI ini tiba di KRI Banda Aceh menggunakan helikopter milik Badan SAR Nasional (Basarnas) Sea Hawks dari Posko Utama Operasi Pencarian dan Evakuasi AirAsia QZ8501, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Kondisi cuaca yang tidak bersahabat ini, kata Moeldoko, sedikit menjawab kegelisahan keluarga korban AirAsia selama pencarian. "Hal ini bisa menjawab perasaan hati yang saat ini dihadapi keluarga korban. Kemarin saya ke Crisis Center di Juanda, betapa sangat menyedihkan kondisi mereka."
Namun di sisi lain, lanjut Moeldoko, tim penyelam dan Basarnas sudah berjuang bahkan sampai lupa memperhatikan keselamatan. "Karena itu kami datang ke sini untuk berterima kasih kepada kalian, dan memberi semangat pada kalian untuk maju terus berjuang."
"Karena kita berpacu dengan waktu, semakin lama semakin sulit. Karena itu hadapi rintangan ini. Memang prajurit selalu dihadapkan dengan rintangan, lanjutkan perjuangan itu dengan dedikasi, keikhlasan, untuk itu sekali lagi terima kasih kepada kalian," tegas Moeldoko.
Temuan-temuan
Seiring dengan adanya peninjauan Jenderal Moeldoko, Tim SAR Gabungan kembali mendapat beberapa temuan. Mulai dari jasad penumpang hingga serpihan pesawat.
"Kita menemukan 2 jenazah. 1 Sudah di Pangkalan Bun, 1 lagi masih perjalanan," kata Direktur Operasional dan Pelatihan Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Pertama TNI SB Supriadi dalam jumpa pers di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa 6 Januari 2015.
Dengan ditemukannya 2 jasad korban AirAsia, hingga hari ke-10, total sudah 39 jenazah penumpang yang ditemukan dan dievakuasi Tim SAR Gabungan. 37 Jenazah di antaranya sudah diidentifikasi mendalam oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur. 16 Jenazah di antaranya sudah terkuak identitasnya dan diserahkan ke keluarga.
Selama proses identifikasi jenazah, Tim DVI mendapat bantuan dari Tim DVI 5 negara lain, yaitu Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malaysia, Australia, dan Singapura. Tim ahli yang dikerahkan untuk mengidentifikasi jenazah mencapai 229 orang, yang terdiri dari 27 instansi dan dari negara lain.
Selain 2 jenazah, ada kabar datang dari kapal perang milik Amerika Serikat USS Fort Worth yang menemukan sinyal 2 objek metal di area prioritas satu pencarian AirAsia QZ8501. Namun belum ada konfirmasi soal 2 objek yang diduga bagian pesawat yang jatuh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah tersebut.
"Penemuan yang signifikan, USS Fort Worth tangkap sonar objek metal, tapi masih diduga, belum konfirmasi itu bagian pesawat," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Kantor Pusat Basarnas, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa 6 Januari 2015.
Tabur Bunga
Proses evakuasi dan pencarian sudah menghabiskan waktu selama 10 hari. Selain menguras energi tim pencari dan tim identifikasi, para keluarga penumpang AirAsia QZ8501 pun masih diliputi dukacita mendalam. Terutama keluarga korban yang belum ditemukan dan teridentifikasi.
Demi mengurangi kesedihan keluarga penumpang, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko akan memfasilitasi keluarga penumpang AirAsia QZ8501 untuk bisa tabur bunga di lokasi diduga jatuhnya pesawat tersebut.
"Mungkin tabur bunga di sini bagi keluarga korban, agar bisa mengurangi rasa risau dan kesedihan. Kepada prajurit, kita harus siap dengan kondisi apa pun," ujar Moeldoko saat meninjau tim penyelam TNI AL di KRI Banda Aceh, perairan Laut Jawa dekat Selat Karimata, Selasa 6 Januari 2015.
Dia pun mengaku sangat terenyuh melihat keluarga korban di Juanda, Jawa Timur saat berkunjung kemarin. Namun, apa daya, hambatan terjadi di lapangan.
"Sekarang ke sini (area pencarian dan evakuasi Pesawat AirAsia QZ8501) dihadapkan hambatan di lapangan yang tidak mudah. Paradoksal, satu sisi saya pompa anak buah saya, satu sisi minta keluarga korban agar bersabar," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko. (Ans)
Advertisement