Liputan6.com, Jakarta - Sejak kuartal IV 2014, harga minyak dunia cenderung tertekan. Harga minyak dunia pun menyentuh level terendah US$ 51,64 di awal perdagangan Rabu pekan ini. Bahkan harga minyak mentah acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate turun 2,2 persen menyentuh level US$ 48.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, pasokan minyak melimpah dan produksi shale gas Amerika Serikat (AS) telah memberikan sentimen negatif ke harga minyak.
Advertisement
Penurunan harga minyak ini pun akan berdampak terhadap kinerja emiten minyak dan gas bumi di pasar modal Indonesia. David mengatakan, penjualan minyak oleh perseroan berdasarkan kontrak. Kemungkinan kontrak penjualan minyak tersebut dilakukan sebelum harga minyak turun sehingga tidak terlalu mempengaruhi kinerja.
Akan tetapi, harga minyak merosot hingga awal Januari 2015, David menilai, hal itu dapat mempengaruhi kinerja emiten minyak mengingat harga minyak turun sehingga perlu penyesuaian harga di kontrak.
"Biaya produksi tidak berkurang, di sisi lain harga minyak dunia turun jadi ini dapat menggerus margin keuntungan emiten minyak," kata David, saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Kamis (8/1/2015).
Menurut David, emiten terkena dampak besar akibat penurunan minyak yaitu PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Benakat Integra Tbk (BIPI), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Tak hanya menurunkan kinerja emiten minyak, David menilai, harga minyak dunia terus merosot membuat pengembangan energi terbarukan tak menjadi menarik. Hal itu berdampak terhadap emiten yang menghasilkan produk biodiesel. Selain itu, harga batu bara juga semakin melemah.
Sementara itu, Analis PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, harga minyak turun menurunkan harga jual produksi perusahaan. Akan tetapi, penguatan dolar juga berdampak terhadap emiten minyak.
Di sisi lain Reza menilai, penurunan harga minyak dunia juga dapat mendorong para pelanggan untuk mendongkrak volume penjualan minyak.
"Kemungkinan penurunan harga minyak dunia berpengaruh ke laporan kinerja keuangan emiten di kuartal I 2015, akan tetapi bila memang penjualannya meningkat kemungkinan itu didongkrak dari tingginya penjualan mengingat harga minyak turun," kata Reza.
Reza menambahkan, penurunan harga minyak akan mempengaruhi kinerja emiten MEDC, PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Apexindo Tbk (APEX).
Langkah Emiten Energi Hadapi Penurunan Harga Minyak Dunia
Langkah Emiten Energi Hadapi Penurunan Harga Minyak Dunia
Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), Lukman Mahfoedz menuturkan, penurunan harga minyak yang terjadi menjadi momentum baik untuk mengefisienkan operasi.
Langkah lain yang akan dilakukan perseroan untuk mengantisipasi penurunan harga minyak seperti mempercepat proyek-proyek yang bisa menambah produksi. Ditambah meninjau kembali belanja modal untuk eksplorasi.
Selain itu, pendapatan Medco juga tidak seluruhnya dari minyak. Ia menuturkan, sebagian dari penjualan gas yang karena formulanya tidak terpengaruh dengan penurunan harga minyak. "Sekitar 30 persen-35 persen dari gas," kata Lukman, lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.
Lukman menuturkan, pihaknya menargetkan produksi minyak mencapai 56 ribu barel oil equivalent pada 2015.
Advertisement
Rekomendasi Saham
Rekomendasi Saham
David merekomendasikan untuk menghindari saham-saham energi terutama di minyak. Hal itu mengingat belum jelas hingga kapan penurunan harga minyak ini.
Sedangkan Reza merekomendasikan buy on weakness saham PT Medco Energi Internasional Tbk. "Rekomendasi buy on weakness dengan target harga Rp 3.700," ujar Reza.
Pada perdagangan saham Rabu 7 Januari 2015, saham PT Medco Energi Internasional Tbk turun 3,94 persen ke level Rp 3.410 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 918 kali dengan nilai transaksi harian Rp 6,6 miliar. (Ahm/)