Badai Petir di Langit Subang, karena Gunung Tangkuban Parahu?

Badai petir ini disebut-sebut tak mengeluarkan suara. Hanya kilatan cahaya saja. Terkait Gunung Tangkuban Parahu?

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 07 Jan 2015, 21:31 WIB
Badai petir ini disebut-sebut tak mengeluarkan suara. Hanya kilatan cahaya saja. Terkait Gunung Tangkuban Parahu? (Twitter Info Bandung)

Liputan6.com, Jakarta - Warga Subang, Jawa Barat dibuat panik oleh badai petir yang dikabarkan terjadi di langit timur Bandung. Beberapa bahkan mengaitkannya dengan aktivitas vulkanologi Gunung Tangkuban Parahu yang berada di Bandung, Jabar.

"Min @kotaSUBANG ada kilatan cahaya seperti petir di arah timur Jalan Cagak teu ereun2 ti magrib min, cing di infokan ada apa ya min?," tulis akun Twitter @agunhidayan, Rabu (7/1/2015).

Ada pula kicauan menghebohkan dari @Gosipsubang, "Heboh! Fenomena Alam Badai Kilat di Langit @kotaSUBANG."

Badai petir ini disebut-sebut tak mengeluarkan suara. Hanya kilatan cahaya saja. Banyak pula pengguna media sosial yang mengaitkannya dengan peningkatan status Gunung Tangkuban Parahu yang dikabarkan naik menjadi Siaga IV. Benarkah ada hubungannya?

"Tak ada kaitannya," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono kepada Liputan6.com di Jakarta.

Surono menyatakan, hingga detik ini tak ada peningkatan status pada gunung setinggi 2.084 meter itu. Hingga saat ini, kata dia, gunung tersebut masih berstatus Waspada.

"Masih Waspada, nggak benar meletus," ucap dia.

Muatan Listrik

Lalu apa yang sesungguhnya terjadi di balik badai kilat ini? Pria yang karib disapa Mbah Rono itu menjelaskan, kilat yang terjadi saat musim hujan merupakan sesuatu yang normal. Biasanya kilat akan diiringi dengan bunyi guntur.

Hanya saja kecepatan cahaya kilat lebih cepat dari kecepatan suara guntur. Karena itu kilat pasti akan nampak lebih dulu dari suara guntur.

"Kecepatan rambat gelombang sinar di udara jauh lebih cepat dari suara. Jadi kilatnya kelihatan lebih dulu karena kecepatan rambatnya di udara lebih cepat. Kalau suaranya saja kita nggak dengar, berarti jauh banget," papar dia.

"(Kalau meletus) Orang Bandung pasti dengar kan cuma 30 km. Itu pasti kedengaran geledeknya. Itu bukan akibat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu. Karena harus meletus baru ada geledek," imbuh Mbah Rono.

Namun Mbah Rono tak memungkiri kilat dan guntur menyertai peristiwa meletusnya gunung berapi. Setiap gunung berapi meletus, sambung dia, akan menghadirkan muatan listrik. Itu karena ada elektron yang bergerak dan menimbulkan listrik dalam jumlah besar.

"Tapi begitu kelihatan artinya geledek (guntur) dekat dengan kita. Tapi kalau cuma sinarnya aja berarti jauh banget (lokasinya)," tutur Mbah Rono. Seharusnya, sambung dia, jika Gunung Tangkuban Parahu benar meletus, warga Bandung juga mendengar bunyi guntur.

"Kan jaraknya (Bandung dan Gunung Tangkuban Parahu) dekat, hanya 30 km," tandas Mbah Rono. (Ndy/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya