Liputan6.com, - Sepak bola sebagai salah satu olahraga terpopuler di dunia kini sudah memiliki nilai jual tersendiri. Selain lewat kemeriahan di suatu pertandingan, sepak bola kini juga bisa dinikmati dari berbagai film yang kian banyak beredar di pasaran.
Di Hollywood Amerika Serikat, pernah muncul film berjudul "Goal!: The Dream Begins" yang dibesut sutradara asal Inggris, Danny Cannon. Film yang dirilis pada musim panas 2005 itu terbukti sukses di pasaran hingga dibuatkan lanjutannya pada 2007 (Goal II: Living the Dream) dan 2009 (Goal III: Taking on the World).
Seakan tak mau kalah dengan Amerika, sineas-sineas di Indonesia juga membuat karya yang hampir serupa. Mereka berlomba-lomba menyuguhkan tontonan kisah yang sempurna demi satu tujuan, membangkitkan semangat dan motivasi generasi muda di berbagai pelosok tanah air.
Beberapa tahun lalu, pernah ada film bertema sepak bola seperti Garuda Di Dadaku, Tendangan Dari Langit, dan Hari Ini Pasti Menang. Namun yang kini jadi sorotan adalah film garapan Angga Dwimas Sasongko berjudul Cahaya Dari Timur: Beta Maluku.
Tanpa disangka, film berdurasi sekitar 120 menit itu sukses menyihir masyarakat Indonesia. Dengan alur cerita yang menarik, film ini berhasil dianugerahi sebagai yang terbaik di 2014. Cahaya Dari Timur: Beta Maluku berhak mendapatkan Piala Citra Festival Film Indonesia mengalahkan film-film lainnya seperti Soekarno, Sokola Rimba dan 3 Nafas Likas.
Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku berkisah tentang semangat generasi muda di timur Indonesia soal sepak bola. Dengan segala keterbatasan yang ada, mereka berjuang keras meraih mimpi menjadi pemain profesional.
Untuk sinopsis dan kabar film sepak bola Indonesia selanjutnya, silakan buka halaman berikut.
Advertisement
Mengobati Minim Prestasi di Dunia Nyata
Cerita Cahaya Dari Timur diawali dengan konflik di Ambon, Maluku, yang melibatkan dua kelompok agama. Sani Tawainella (Chicco Jericho) yang jadi tokoh utama di film ini berusaha keras menyelamatkan anak-anak di kampungnya agar terhindar dari konflik tersebut. Caranya, Sani memberikan latihan sepak bola yang diadakan rutin setiap pukul 5 sore.
Awalnya semua berjalan lancar. Namun berbagai masalah timbul seiring berjalannya waktu. Selain melatih anak-anak, Sani juga harus berusaha keras untuk menghidupi istri dan dua buah hatinya.
Lambat laun segalanya bisa teratasi. Meski tidak sempurna, Sani dan anak didiknya berhasil mewakili Maluku untuk tampil di kejuaraan U-15 yang diselenggarakan di Jakarta.
Konflik kembali terjadi dan sempat memecah belah tim. Namun dengan semangat berkobar, mereka akhirnya bisa bersatu dan sukses menjuarai kompetisi tersebut meski harus menempuh drama adu penalti.
Kesuksesan film ini tak lepas dari formula kisah inspiratif yang berasal dari kejadian nyata. Hal serupa pernah disajikan film-film sebelumnya seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Soekarno.
Namun film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku memiliki keunggulan tersendiri. Selain mengajarkan orang untuk berani mewujudkan mimpi, film ini juga dapat menginspirasi para atlet muda yang diharapkan bisa memperbaiki prestasi Indonesia di kancah internasional.
Seperti kita ketahui, Indonesia minim prestasi di berbagai cabang olahraga. Apalagi skuat Merah Putih sedang berada dalam performa terburuk di segala jenjang usia. Sudah tentu perlu dorongan motivasi agar atlet-atlet muda mampu mengembalikan kepercayaan dirinya.
Selain itu film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku juga mengingatkan kita pada satu kutipan. "Dengan beribu keberagaman di Indonesia, hanya ada dua hal yang dapat menyatukan masyarakat bangsa ini: bencana dan olahraga."
Kado elok dari 2014 ini akan berlanjut dengan sebuah tayangan sinema beraroma sepak bola lagi di tahun ini. Sebuah film yang mengisahkan perjalanan Garuda Jaya, Timnas Indonesia U-19 di kurun 2013-2014, tengah digarap di belakang layar. Seperti apa kisahnya? Nantikan tanggal mainnya.
Baca Juga:
Chelsea Hubungi Ayah Messi Bahas Mega Transfer?
Advertisement