Liputan6.com, New York - Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa letusan Gunung Eyjafjallajokull di Islandia ternyata memberikan dampak domino hingga melumpuhkan bisnis penerbangan di kawasan Eropa.
Akibatnya, EU Transport Commission mengungkapkan, biaya yang harus ditanggung perusahaan asuransi di kawasan Eropa mencapai kisaran US$ 3,4 miliar atau Rp 43,09 triliun (kurs: Rp 12.674/US$).
Advertisement
Pada 2010 di tengah musim semi, Gunung Eyjafjallajokull, Islandia meletus. Untungnya kesigapan pemerintah setempat membuat tidak ada satu korban jiwa pun dalam tragedi tersebut.
Meski memang, pemerintah di kawasan Eropa harus menghabiskan total uang yang luar biasa besar dalam bentuk pembayaran klaim asuransi dari berbagai pihak yang terkena dampak letusan tersebut. Salah satunya adalah penundaan hingga pembatalan penerbangan akibat abu dan awan gelap yang menutupi jarak pandang pilot.
Apa saja kerugian yang disebabkan letusan gunung di Islandia tersebut hingga perusahaan asuransi di seluruh Eropa harus mengeluarkan kocek yang sangat tinggi?. Berikut ulasannya seperti dikutip dari The Richest, BBC, Iceland Review dan sejumlah sumber lain, Kamis (8/1/2015):
Meletus di Musim Semi
Di tengah musim semi yang cerah saat banyak warga Eropa berharap dapat berwisata, bencana alam besar justru terjadi. Gunung berapi Eyjafjallajokull di Islandia meletus pada 14 April 2010.
Erupsi pertama terjadi sejak 20 Maret 2010. Gunung yang bagian atasnya ditutupi es tersebut menjadi bencana besar tak hanya bagi Islandia tapi juga bagi sebagian besar warga Eropa.
Letusan gunung berapi Eyjafjallajokull menyemburkan abu gelap yang memenuhi langit Eropa hingga menciptakan pemandangan seperti saat matahari akan terbenam. Awan pekat juga bergeraka ke arah selatan Atlantik dan Eropa.
Advertisement
Penerbangan Eropa lumpuh
Hal itu menyebabkan ratusan ribu penerbangan dari dan menuju Eropa dibatalkan. Penerbangan mulai dari 15 hingga 22 April langsung dibatalkan sejumlah maskapai.
Alhasil, lebih dari 10 juta penumpang harus menunggu kepastian penerbangan hingga berminggu-minggu. Pembayaran asuransi diberikan sebagai kompensasi bagi para penumpang pesawat yang perjalanannya terpaksa dibatalkan dalam kurun waktu tersebut.
Pembayaran asuransi juga diberikan pada sejumlah maskapai yang harus menanggung rugi akibat pembatalan ratusan penerbangan tersebut. Tak heran jika Eropa harus menggelontorkan dana sekitar US$ 3,4 miliar atau Rp 43,09 triliun untuk membayar ganti rugi akibat insiden tersebut.
Zona penerbangan di sebagian besar kawasan Eropa dibekukan dan juga berdampak pada sejumlah maskapai yang berbasis di Asia dan Amerika Serikat.
Saat itu, harga avtur global juga turun lantaran banyak penerbangan yang dibatalkan. Dampak tersebut tidak pernah terpikirkan pemerintah di kawasan Eropa sebelumnya tapi tetap harus ditanggung.
Bahaya abu vulkanik
Abu vulkanik yang disemburkan gunung tersebut merupakan bahaya besar bagi pesawat. Pasalnya, semburan abu tersebut dapat membuat pesawat yang melaluinya mengalami gagal mesin.
Instrumen penerbangan seperti jendela, cahaya, sayap dan kabin pesawat juga dapat mengalami kerusakan. Awan pekat tersebut bergerak mengikuti sistem cuaca, beberapa diantaranya bergerak ke atas samudera Atlantik.
Penerbangan percobaan sempat dilakukan untuk mengukur konsentrasi abu vulkanik di angkasa. Alhasil seluruh penerbangan yang tertunda baru bisa dilakukan pada 21 April 2010.
Bisnis perhotelan, pariwisatan serta perdagangan juga harus menanggung rugi akibat abu vulkanik yang disemburkan gunung berapi tersebut. Tak hanya menyemburkan abu vulkanik, letusan gunung ini juga mencairkan gletser di sekitar gunung yang berpotensi menjadi banjir. (Sis/Nrm)
Advertisement