Cerita Tim Identifikasi Korban AirAsia "Melindungi" Diri

Jenazah juga masih bisa menularkan penyakit menular yang dideritanya semasa hidup.

oleh Oscar Ferri diperbarui 08 Jan 2015, 18:30 WIB
Ilustrasi Mayat (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Pangkalan Bun - Bukan hal mudah setiap kali Edi Hasibuan dihadapkan dengan jenazah. Seperti kala dia harus mengidentifikasi jenazah-jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.

Dokter Forensik dari Disaster Victim Identification (DVI) Polri itu juga tahu, tugasnya itu bukannya tak berisiko. Jenazah yang telah mengalami kerusakan hingga tingkat 80 persen bisa saja menularkan penyakit.

"Itu pasti banyak kuman, virus, atau bakteri," ujar Kepala Sub Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Kalimantan Barat itu di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (8/1/2015).

Tak cuma itu. Jenazah juga masih bisa menularkan penyakit menular yang dideritanya semasa hidup. Sebut saja penyakit Tuberculosis atau TBC. Karena itu, Edi sudah mengetahui cara melindungi diri agar tak tertular.

Bagi dia, prinsipnya perlindungan menyeluruh‎. Tidak boleh ada celah sedikit pun di tubuh yang bisa menjadi "jalan" kuman, virus, ataupun bakteri masuk. Sebab, terkadang ada beberapa kuman, virus, atau bakteri yang bisa menular dengan hanya bersentuhan kulit atau terbawa udara.

"Prinsipnya universal protection. Tidak boleh ada celah sedikit pun di tubuh kita," ucap dia.

Karena itu, para dokter forensik dan petugas lain yang berkaitan dengan identifikasi jenazah di rumah sakit perlu memakai pakaian dan perlengkapan khusus. Di antaranya baju steril‎ lengkap dengan kacamata, masker, sarung tangan, sampai dengan sepatu boot. Semuanya digunakan untuk sekali pakai.

Sidik Jari

Dia mesti memeriksa dan mengidentifikasi ciri-ciri fisik luar tubuh jenazah. Juga pakaian dan celana yang dikenakan bahkan hingga aksesori yang digunakan jenazah.

Tak cuma itu, Edi beserta rekan-rekan DVI Polri di RSUD Sultan Imanuddin, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, juga harus mengamankan sidik jari dari jenazah yang ditangani. Sidik jari ini menjadi salah satu "gerbang" terhadap identitas jenazah sebelum tes DNA.

Namun, rupanya mengamankan sidik jari juga tak mudah. Sebab ada beberapa jenazah penumpang pesawat AirAsia QZ8501 yang kondisi telapak dan jari-jari tangannya sudah tidak baik. Edi pun melakukan cara khusus agar kulit pada telapak dan jari-jari tangan‎ tidak terlepas. "Kalau sidik jari hilang, gigi geligi rusak, tinggal tes DNA," tandas Edi. (Ndy/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya