Sunat Sebelum Usia 5 Tahun Picu Autisme?

Sunat yang dilakukan sebelum anak usia 5 tahun bisa melipatgandakan risiko anak laki-laki mengalami autisme dan ADHD di usia 10 tahun.

oleh Melly Febrida diperbarui 09 Jan 2015, 17:41 WIB
Sunat

Liputan6.com, Kopenhagen Sunat pada anak laki-laki memang bagus untuk kesehatan. Tapi, sunat yang dilakukan sebelum anak usia 5 tahun bisa melipatgandakan risiko si anak mengalami autisme dan ADHD di usia 10 tahun.

Penelitian kontroversial itu menyalahkan sakit yang ditimbulkan sunat dan ini mempengaruhi perkembangan otak dan bereaksi memunculkan stres. Temuan ini terlepas dari latar belakang budaya.

Penelitian ini dilakukan terhadap 340 ribu anak laki-laki antara 1994 hingga 2003 di Denmark dan diterbitkan dalam Jurnal Royal Society of Medicine.

Pada usia sembilan tahun, kesehatan anak itu diperiksa dan hampir 5 ribu kasus didiagnosa Autism Spectrum Disorders (ASD).

Menurut peneliti sunat meningkatkan kemungkinan gangguan spektrum autisme ASD sebelum usia 10 tahun sebesar 46 persen. Apabila sunat dilakukan sebelum usia 5 tahun, maka risikonya menjadi dua kali lipat.  Selain itu, sunat dipercaya meningkatkan kemungkinan anak lelaki mengalami gangguan hiperaktif.

Penelitian ini dipicu oleh kombinasi temuan hewan yang menghubungkan cedera menyakitkan dengan  respons stres. Penelitian itu menunjukkan korelasi postif antara anak lelaki yang sunat neonatal dan prevalensi ASD pada anak lelaki.

"Hari ini praktik sunat dianggap pada anak laki-laki tak bisa diterima tanpa penghilang nyeri yang tepat.

"Tapi tak ada intervensi yang paling umum digunakan untuk menghilangkan rasa sakit sunat dan beberapa anak lelaki harus menahan rasa sakitnya sunat," kata Profesor Morten Frisch dari Statens Serum Institut, Kopenhagen.

Profesor Frish menjelaskan, mengingat praktik sunat pada bayi dan kanak-kanak banyak dilakukan di seluruh dunia, temuan timnya seharusnya mendorong peneliti lain untuk meneliti kemungkinan trauma sunat pada masa bayi atau anak usia dini meningkatan risiko perkembangan saraf dan psikologis yang serius.

Di lain pihak, Psikiater Konsultan Anak dan Remaja di Southwark Child & Adolescent Mental Health Neurodevelopmental Service, Profesor Jeremy Turk, menjelaskan temuan ini sementara menarik. Tapi perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. "Kita tak bisa menarik kesimpulan dari data..

"Ini bukan studi klausal, melainkan membandingkan data dan mencari korelasi," kata Profesor Turk.

Sunat Lebih Besar Manfaatnya

Ada bukti ilmiah yang menjelaskan manfaat sunat lebih besar dibanding risikonya. Pedebatan memang telah lama berkecamuk. Beberapa orang meyakini sunat bisa memengaruhi fungsi seksual atau kepuasan di saat dewasa.

Namun, para pejabat AS melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), menyebutkan bukti medis mendukung prosedur sunat.

Baca Juga:

Sunat pada Anak Sebaiknya Dilakukan Saat Lahir, Kenapa?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya