11-1-1962: Longsor 8 Menit, 4.000 Nyawa Terenggut

Gelondongan es seukuran dua gedung pencakar langit menerjang turun. Menerjang apapun yang dilewatinya. Mirip adegan Inferno. Neraka.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 11 Jan 2015, 06:11 WIB
Longsor dari Gunung Huascaran di Peru (USGS)

Liputan6.com, Lima - Kamis malam itu,  11 Januari 1962, di bawah naungan Gunung Huascaran di Peru yang menjulang setinggi 6.768 meter itu, penduduk desa di sekitar kawasan pertanian Rio Santa Valley bersiap menyantap makan malam.

Tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh, tapi kerasnya bukan kepalang. Ternyata, gletser raksasa di atas mereka pecah dan dengan cepat bergemuruh menuruni gunung. Gelondongan es itu sungguh besar, seukuran dua gedung pencakar langit dan beratnya sekitar 6 juta ton.

Bencana memang bukan peristiwa langka di sana, dan sudah jadi pengetahuan umum bahwa ada jeda 20-30 menit antara suara es pecah dan longsor. Yang memberi waktu bagi penduduk untuk cepat-cepat cari selamat. Namun, tidak untuk kali itu.

Gelondongan es melaju sejauh 9,5 mil atau sekitar 15 km hanya dalam waktu 7 menit, menerjang apapun yang dilewatinya: rumah, ladang, ternak, juga manusia.

Desa Ranrahirca dan Huarascucho terkubur lapisan es bercampur lumpur, pohon yang tumbang, bebatuan, puing-puing, juga apapun setebal 40 kaki atau 12 meter. Hanya segelintir orang yang beruntung selamat.

Walikota setempat Alfonso Caballero menyebut, hanya 50 dari 500 penduduk Ranrahirca yang masih bernyawa.  "Hanya dalam 8 menit, Ranrahirca terhapus dari peta," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari BBC On This Day.

Material longsor berakhir di Santa River, membuat air di sungai tersebut membeludak dan membanjiri daerah sekitarnya.

Total, ribuan jiwa tewas akibat longsor. Pemerintah memperkirakan jumlahnya 2.000 sampai  2.500 orang. Namun, penduduk yakin kisarannya mencapai 3.000 sampai 4.000.

Sejumlah jasad korban terbawa hingga Samudra Pasifik di dekat Chimbote, yang jaraknya 100 mil jauhnya. Yang lainnya terkubur dan tak pernah ditemukan. Tak hanya manusia, 10.000 ternak ikut mati, hasil panen bernilai jutaan dolar binasa.

Kolonel Umberto Ampuera, kepala layanan darurat kala itu menyebut, bencana mirip, "adegan Inferno karya Dante."  Inferno adalah bagian awal puisi epik karta penyair dari Abad ke-14, Dante Alighieri. Yang berarti: neraka.

Pejabat Sekjen Persatuan Bangsa-bangsa kala itu, U Thant menawarkan bantuan kepada Peru untuk mengatasi kondisi pasca-bencana. Uluran tangan PBB disampaikan langsung lewat telegram kepada Presiden Manuel Prado.

Selain longsor di kaki Gunung Huascaran di Peru, 11 Januari juga menjadi momentum sejumlah peristiwa penting bagi dunia.

Pada tahun 2003, Gubernur Illinois, AS George Ryan mengubah vonis mati 167 narapidana menjadi hukuman seumur hidup tanpa jaminan, terkait terkuaknya skandal penyiksaan 200 tahanan saat interogasi yang dilakukan anggota polisi Jon Burge -- yang dilakukan selama 19 tahun berturut-turut.

Sementara, pada 11 Januari 1942, Kuala Lumpur jatuh ke tangan Jepang. Kota itu kelak menjadi ibukota negeri jiran Malaysia. (Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya