Liputan6.com, Laut Jawa - 3 Kapal besar berkumpul di Laut Jawa, dekat Selat Karimata pagi itu. Bersiap melaksanakan tugas besar, menarik keluar sosok berbobot 5 ton dari kedalaman laut. Saat itu alam semesta seakan memberi dukungannya.
Di salah satu kapal, sejumlah penyelam mulai bergerilya menari-nari menembus kedalaman air bergaram sejak pukul 06.00 WIB. Tak gentar sedikit pun meski Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh yang berbobot raksasa bergoyang-goyang dicandai ombak.
Advertisement
Jam terus berganti, begitu juga para penyelam. Setelah 15 menit menembus kegelapan pekat dasar laut, posisi 2 penyelam digantikan. Bayangkan saja, jarak pandang para penyelam 0 meter. Kondisi air keruh dan penuh lumpur.
Namun pukul 11.50 WIB, sosok bulat berwarna oranye muncul ke permukaan laut. Benda itu adalah balon pengangkat yang bisa menarik beban hingga 10 ton. Beberapa menit kemudian, pukul 12.00 WIB, benda merah menyusul naik ke atas. Sorak-sorai pun bergemuruh.
Benda merah yang baru kelihatan ujungnya itu adalah ekor pesawat nahas yang hilang sejak 28 Desember 2014, AirAsia QZ8501. Sudah sejak 7 Januari 2015, posisi ekor tersebut ditemukan.
Namun baru hari ini, salah satu bagian penting untuk mengungkap misteri ‘karamnya’ AirAsia 2 pekan lalu itu diangkat dari dasar Laut Jawa. Bagian ekor itulah yang diduga menjadi tempat kotak hitam atau black box berada.
Sayap Itu...
Lokasi penemuan ekor berada di titik koordinat 3 derajat 38' 39'' Lintang Selatan dan 109 derajat 43' 45'' Bujur Timur. Lokasinya berjarak sekitar 127 kilometer dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan 188 kilometer dari Pulau Belitung.
Kondisinya sebagian besar sudah hancur. Namun huruf AirAsia sebagian besar masih utuh.
Ketika ekor AirAsia tersebut melayang di kedalaman air, para penyelam langsung mencari black box. Hingga pukul 12.30 WIB, proses pencarian kotak hitam itu masih dilakukan.
Sementara balon pelampung dan ekor diikatkan ke kapal Crest Onycs, kapal milik SKK Migas yang mampu mengangkat benda hingga 60 ton. Tak mudah melakukannya karena jarak antara kapal Crest Onyx dengan ekor yang masih tampak ujungnya itu, sekitar 20 meter.
Hingga pukul 14.00 WIB, bangkai burung besi itu seluruhnya telah berada di atas kapal.
"Baru mau dipepetkan saja lama sekali, baru 20 meter ketarik. Dia mau mepet ke kapal Crest Onyx," ujar Direktur Operasional dan Pelatihan Badan SAR Nasional (Basarnas) Supriyadi di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/1/2015).
Ekor pesawat lalu dibawa ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah melalui Pelabuhan Panglima Utar Kumai. Waktu tempuh ke Pelabuhan Pangeran Utar Kumai sekitar 10 jam.
"Paling lama 10 jam, paling cepat 7 jam. Tapi kalau kecepatan rendah, 5-6 knot, bisa 15 jam. Rencananya memang akan disandarkan ke Kumai," tutur Supriyadi.
Lalu bagaimana dengan black box AirAsia?
Supriyadi mengatakan, bisa saja black box sudah tidak berada di tempatnya akibat guncangan atau benturan. Mengingat, dari sinyal ping lokasi black box berbeda dengan lokasi penemuan ekor. "Setelah diangkat akan dicari apakah masih di kabin ekor pesawat atau sudah terlempar. Kalau dari sinyal ping mungkin sudah di luar ekor itu," ucap Supriyadi.
Hal senada terlontar pula dari mulut Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko. Dia pesimistis black box atau kotak hitam masih berada di bagian ekor. "Kalau sesuai hasil imajinasi kemarin, terus saya cek sekarang kondisinya saya tak punya optimis tinggi. Ternyata di bawah habis. Ini saya khawatir, tapi biarlah nanti KNKT yang bisa melihat," ujar Moeldoko.
Jika memang black box ternyata tidak ada di ekor pesawat, Moeldoko menegaskan, pihaknya akan tetap melakukan pencarian sampai ditemukan kotak perekam pesawat itu.
Di atas kapal, dia kemudian menyerahkan bangkai pesawat tersebut kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Kami telah melakukan evakuasi ekor pesawat itu sebagaimana adanya, kita telah evakuasi ke KNKT, dan kami serahkan, itu telah dilakukan upacara kecil, penyerahan," ucap Moeldoko
Tak berhenti di situ, sang Jenderal yang tengah bersukacita berjanji akan memberikan penghargaan kepada semua anggota TNI yang terlibat di Tim SAR gabungan ini. Beberapa mendapat penghargaan berupa bintang jasa, beberapa lainnya mendapat kenaikan pangkat.
Hari ini memang belum ada jenazah korban yang ditemukan. Namun penemuan ekor pesawat adalah anugerah besar yang harus disyukuri.
Hingga operasi pencarian hari ke-14, tim gabungan SAR telah menemukan 48 jenazah. Sementara itu Tim Disaster Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi 2 jenazah korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura pada Minggu 28 Desember 2015. Dengan demikian, sudah 29 penumpang teridentifikasi. (Ndy/Ans)