KNKT: Cari Black Box AirAsia, Laut Harus Tenang

Sinyal yang dilontarkan oleh black box CVR AirAsia akan lebih mudah jika laut dalam keadaan tenang.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 13 Jan 2015, 08:00 WIB
Ketua KNKT Tatang Kurniadi.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah berhasil menemukan Black box Flight Data Recorder (FDR), tim SAR gabungan dituntut untuk segera menemukan dan mengangkat Cockpit Voice Recorder (CVR) milik AirAsia QZ8501. Hanya saja, tim masih dihadapkan cuaca yang kerap berubah-ubah di lokasi pencarian.

Kesulitan ini juga diakui Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi. Menurutnya, sinyal yang dilontarkan oleh CVR akan lebih mudah jika laut dalam keadaan tenang.

Dengan begitu pinger locator yang berada di beberapa kapal dapat dengan jelas menangkap sinyal yang dikirimkan black box.

"Mencari black box harus laut tenang, mendengarkan ping harus arus tenang. Di sisi lain, kalau alatnya diturunkan harus dibawa penyelam. Dengan kondisi arus deras, penyelamnya bisa terbawa arus," jelas Tatang di kantor KNKT, Jakarta, Senin (12/1/2015).

Hal itu hanya satu dari sederet kesulitan yang harus dihadapi dalam kecelakaan di laut. Tatang mengakui, proses investigasi dan penyelidikan memang lebih sulit dilakukan saat kecelakaan terjadi di laut.

"Kecelakaan di laut relatif susah diinvestigasi. Karena saat jatuh di laut tidak langsung diketahui titiknya, beda dengan di darat," kata dia.

Selain itu, kondisi alam terutama arus membuat lokasi berubah-ubah. Serpihan pesawat memang ada beberapa yang bisa mengambang. Namun begitu, lokasi serpihan tidak bisa menjadi patokan posisi pesawat berada pada lokasi yang sama.

"Kalau di laut, kita nanti temukan yang barang yang mengambang. Benda itu bisa masuk air dan mengapung, begitu juga saat menemukan jenazah. Pesawat bisa tidak ada di situ," imbuh Tatang.

Belum lagi, lokasi kecelakaan biasanya jauh dari pantai atau pelabuhan. Kondisi ini membuat petugas sulit mendapatkan logistik selama melakukan pencarian. Ujungnya, waktu pencarian pun semakin lama.

"Biasanya akan sulit untuk penuhi bahan bakar atau logistik lainnya. Karena harus ke pinggir dan sebagainya. Itu juga yang membuat proses menjadi lebih sulit dan lama," tandas Tatang. (Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya