Liputan6.com, Jakarta - Posisi wanita di sebuah lingkungan kerja patut diakui masih kalah dominan dibanding pria. Di industri teknologi, isu kesetaraan gender juga masih menjadi masalah pelik. Posisi pekerja wanita di perusahaan-perusahaan raksasa berbasis teknologi masih dipandang sebelah mata hingga saat ini.
Sherryl Sandberg, Chieft Operating Officer (COO) Facebook adalah salah satu sosok wanita yang mampu memiliki pengaruh besar di industri teknologi. Ia juga aktif mendorong para pekerja wanita untuk dapat maju dalam berkarir.
Baru-baru ini bersama Adam Grant dari University of Pennsylvania, Sandberg menulis esai untuk sebuah kolom di harian The New York Times yang membahas peran wanita dalam dunia kerja.
Dalam esai tersebut Sandberg mengungkapkan penyebab utama kenapa pekerja wanita selalu berada di bawah dominasi pria. Ia menuliskan, "Wanita umumnya merasa takut untuk menyuarakan pendapat mereka. Entah apa yang terjadi. Berbeda dengan para pria yang umumnya lebih pintar mengutarakan sesuatu, padahal mungkin yang diungkapkan itu sama dengan apa yang ingin diungkapkan sang pekerja wanita."
Salah satu penyulut permasalah tersebut, menurut Sandberg, adalah jumlah dan posisi wanita di dalam perusahaan. Hingga kini jumlah pekerja wanita umumnya lebih sedikit dari jumlah pekerja pria. Selain itu, posisi pimpinan yang diisi oleh pekerja wanita pun masih sangat minim.
"Wanita akan memutuskan untuk mengurungkan niatnya dalam menyatakan pendapat. Mungkin karena merasa sebagai minoritas, atau takut dinilai terlalu agresif dan takut melakukan kesalahan yang menyebabkan reputasi mereka rusak. Berbeda dengan pria yang lebih berani," jelas Sandberg.
Wanita di industri teknologi
Wanita di industri teknologi
Sebuah data terbaru yang dirilis firma hukum Fenwick & West LLP, memperlihatkan bagaimana pekerja wanita hanya mengisi 11% posisi eksekutif di perusahaan-perusahaan teknologi yang ada di Silicon Valley.
Sejumlah perusahaan raksasa teknologi sendiri perlahan memang kian mempercayai sosok wanita sebagai pekerja atau bahkan mengisi posisi petinggi perusahaannya. Namun sayang jumlahnya belum banyak.
Apple dilaporkan laman Re/code menjelang akhir tahun 2014 kemarin merilis data keragaman pekerja di perusahaan. Di dalam data tersebut tercatat bahwa komposisi gender pekerja di Apple terdiri dari 70% pria dan 30% wanita.
Selain Apple, sebelumnya Yahoo, Google dan Facebook pun mengungkapkan data keragaman pekerja, dan hasilnya masih sama-sama masih mengecewakan. Di Facebook contohnya, 69% pekerja di media sosial milik Mark Zuckerberg itu adalah pria, sementara wanita hanya 31%.
Sandberg pernah berkomentar kepada USA Today bahwa kurangnya keragaman dalam perusahaan teknologi yang selama ini didominasi laki-laki cukup menyedihkan.
(dhi/dew)
Advertisement