Liputan6.com, Jakarta - Belum genap sebulan menjadi Presiden, Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Namun kurang dari dua bulan berjalan, pemerintah menurunkan harga termasuk mengambil kebijakan pencabutan subsidi premium dan subsidi tetap untuk solar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengaku, saat kenaikan harga BBM subsidi, pemerintah terpaksa melakukannya lantaran harga keekonomian premium melambung hingga lebih dari Rp 9.500 per liter.
"Makanya kami naikkan dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 per liter," ujar Sofyan kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (14/1/2015).
Namun keberuntungan berpihak pada negara importir minyak. Harga minyak dunia jatuh sangat dalam hingga menyentuh level US$ 50 per barel. Menurutnya, kondisi penurunan harga minyak dunia begitu cepat, sehingga pemerintah harus memutuskan penurunan
"Kami sesuaikan (turunkan harga BBM) karena fair dengan rakyat. Waktu harga tinggi, kami naikkan, dan saat turun, pemerintah nggak mau ambil keuntungan dari itu," lanjutnya.
Sofyan berjanji, pemerintah akan kembali menurunkan harga BBM apabila tren minyak dunia masih terkontraksi. Dan pada Februari 2015 ini akan berlaku harga baru.
"Kalau trennya turun lagi, kita akan turunkan harganya. Pemerintah fair terhadap masyarakat, supaya inflasi terkontrol bahkan kalau perlu deflasi," jelas dia.
Sementara itu, lebih jauh dirinya mengatakan, pemerintah masih mensubsidi Solar sebesar Rp 1.000 per liter karena bahan bakar ini banyak digunakan untuk aktivitas ekonomi. Subsidi ini berlaku tetap, dan harga akan naik turun seperti Pertamax.
"Kalau harga minyak dunia rendah sekali, mungkin subsidi ini akan kita hold," terang Sofyan.
Dia menegaskan, kebijakan pencabutan subsidi BBM Premium dan subsidi tetap Solar sama sekali tidak bertentangan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
"MK menyebut nggak boleh dilepas mekanisme pasar, makanya kita nggak lepas. Harga BBM tetap harus diatur pemerintah, makanya kita umumkan harga naik dan turun secara reguler," pungkasnya. (Fik/Ndw)
Harga BBM Naik Turun Tanda Pemerintah Fair ke Rakyat
"Kami sesuaikan karena fair dengan rakyat. Waktu harga tinggi, kami naikkan. Saat turun, pemerintah nggak mau ambil untung dari itu."
diperbarui 14 Jan 2015, 13:01 WIBPengendara sepeda motor saat menunggu giliran untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU, Jakarta, Kamis (1/1/2015). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hari Santri, Polisi di Rokan Hulu Kunjungi Ponpes Jalin Ukhuwah Sosialisasi Pilkada
BRI Insurance Sabet 2 Penghargaan Bergengsi di Top 20 Financial Institutions Award 2024
Hakim Pemvonis Bebas Ronald Tannur Ditangkap dan Ditetapkan Sebagai Tersangka Suap
Kadin Anindya Bakrie Bentuk Kepengurusan 2024-2029, Ada Menteri hingga Artis
Blunder Surat Kemendes untuk Kegiatan Pribadi, Yandri: Kan Saya Baru Jadi Menteri, Maklumlah
Cak Lontong Tegaskan Visi Misi Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 Bertema Kagak Ribet Dah
Elon Musk vs Mukesh Ambani, Siapa yang Akan Kuasai Internet Satelit di India?
Kartu BPJS Kesehatan Dijadikan Bahan Hoaks, Ini Daftarnya
Link Live Streaming Timnas U-17 Indonesia vs Kuwait, Sebentar Lagi Mulai
Simak, Tanda Orang dengan Kepribadian Manipulatif dan Cara Mengatasinya
6 Potret Ma'ruf Amin Pisah Sambut dengan Gibran Rakabuming Raka, Sempat Usap Rambut Jan Ethes
Hasil BRI Liga 1 Persebaya Surabaya vs PSM Makassar: Imbang, Bajul Ijo Tetap ke Puncak Klasemen