Apa Sebenarnya yang Diincar Samsung dari BlackBerry?

Lini bisnis smartphone BlackBerry bukanlah hal utama yang diinginkan oleh Samsung, melainkan sederet paten teknologi.

oleh Adhi Maulana diperbarui 15 Jan 2015, 12:17 WIB
Smartphone BlackBerry Passport menjadi penanda eksistensi perusahaannya di pasar smartphone.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini Samsung adalah produsen smartphone terbesar di dunia. Laporan IDC menyebutkan bahwa vendor asal Korea Selatan (Korsel) itu menguasai 25% pangsa pasar smartphone di Q3 2014 kemarin. Tercatat hanya Apple yang mampu mendekati perolehan Samsung tersebut dengan memiliki 12% pangsa pasar.

Anehnya kini muncul rumor yang mengatakan bahwa Samsung tengah bersiap membeli BlackBerry. Pasalnya seperti yang telah diketahui, lini bisnis smartphone BlackBerry telah runtuh, bahkan pangsa pasarnya disebutkan hanya sebesar 1%.

Lalu apa sebenarnya yang diincar Samsung dari BlackBerry?

Menurut yang dilansir laman Business Insider, Kamis (15/1/2014), laporan Reuters menyebutkan bahwa lini bisnis ponsel pintar BlackBerry bukanlah hal utama yang diinginkan oleh Samsung, melainkan sederet paten teknologi yang dimiliki oleh BlackBerry.

BlackBerry memang sudah tak lagi bertaring di segmen pasar konsumer, namun segmen pasar korporasi bahkan instansi militer masih sangat membutuhkan layanan besutan produsen asal Kanada tersebut.

Smartphone BlackBerry dan layanan BlackBerry Enterprise Servers (BES) diyakini masih menjadi tolak ukur standarisasi sistem keamanan perangkat mobile. Maka tak heran jika instansi sekelas Pentagon (Kementerian Pertahanan Amerika Serikat) memilih BlackBerry sebagai perangkat standar yang digunakan oleh para stafnya.


Bisnis keamanan perangkat mobile

Lini bisnis smartphone BlackBerry bukanlah hal utama yang diinginkan oleh Samsung, melainkan sederet paten teknologi.

Bisnis keamanan perangkat mobile

Samsung sendiri sebenarnya memiliki platform sistem keamanan perangkat mobile yang disebut dengan `Samsung Knox`. Fitur keamanan tambahan ini sudah dikembangkan sejak tahun 2013 lalu dan pada awalnya cukup diperhitungkan mampu menambal kerentanan keamanan yang umum terdapat di sebuah perangkat mobile berbasis Android.

Namun sayang, belakangan banyak pihak yang meragukan kemampuan Knox dalam melindungi perangkat Android.

Di awal tahun 2014 lalu, kelompok peneliti keamanan cyber asal Ben Gurion University of the Negev Israel melakukan uji coba keamanan pada fitur Samsung Knox. Mereka berkesimpulan bahwa fitur Knox belum mampu sepenuhnya melindungi perangkat Android dari ancaman cyber.

Email dan komunikasi data pada perangkat adalah salah satu data yang sangat rentan dieksploitasi. Meski telah dilindungi oleh fitur Knox, hacker diklaim tetap mampu merekam dan dapat dengan mudah menafsirkan data-data penting pada perangkat.

Senada dengan pernyataan di atas, kepala layanan BlackBerry Enterprise Server (BES) John Sims juga sempat mengomentari fitur Samsung Knox. Melalui blog resmi BlackBerry, Sims mengkritisi Knox karena dinilai belum matang dan memiliki sejumlah kelemahan.

"Sementara Samsung masih sibuk menguji platform enterprise dan menambal lubang keamanan, pelaku industri yang butuh keamanan paling tinggi bisa meyakinkan diri bahwa tak ada yang lebih aman dari perangkat BlackBerry yang dikelola melalui BlackBerry Enterprise Server," tulis Sims kala itu seperti yang dikutip dari laman Phone Arena

(dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya