Liputan6.com, Jakarta Bahwa bisnis menjadi poin penting dalam pengembangan dunia fesyen Indonesia adalah sebuah pesan yang digalakkan oleh Indonesia Fashion Week (ifw) sebagai pergerakan yang dinisiasi oleh Asosiasi Perancang & Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Ini pula yang ditekankan dalam ajang Indonesia Fashion Design Competition (IFDC) 2015 yang merupakan rangkaian dari event Indonesia Fashion Week.
Masing-masing dari 30 semifinalis IFDC yang mempresentasikan rancangannya juga menjelaskan tentang bagaimana budgeting dari koleksinya hingga target pasar dari koleksi itu. Sebanyak 30 semifinalis yang telah diseleksi dari 350 peserta kemudian aka dikerucutkan menjadi 10 finalis yang nantinya akan mempresentasikan koleksi rancangannya di IFW 2015 pada 26 Februari – 1 Maret 2015.
Advertisement
Berangkat dari analisis penyelenggara terhadap tujuan pengembangan fesyen Indonesia yang mengacu pada penguatan bisnis mode, yakni bahwa produk ready to wear dinilai lebih potensial diserap pasar dan bahwa nafas budaya lokal menjadi pembeda produk Indonesia yang bisa memikat pasar, IFDC 2015 menjadikan orisinalitas ide, daya jual dan daya pakai, dan total appearance sebagai beberapa kriteria penilaian.
Melalui tagline `Finding the Wonderful in the Normal`, para peserta kompetisi ditantang untuk merancang busana-busana berdasar interpretasinya tentang tagline tersebut, yakni tentang sesuatu yang bisa dipakai secara riil dalam menjalani hari-hari dengan menghadirkan sesuatu yang istimewa di dalamnya. Tema `Urban Lifestyle` pada tahun ini lebih lanjut diperinci dengan acuan Dulux Colour Futures 2015. (AkzoNobel yang membawahi label cat tersebut merupakan pendukung dari Indonesia Fashion Week)
Rabu, 14 Januari 2015, bertempat di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, para semifinalis dengan rentang usia 18-35 tahun mempresentasikan karyanya dihadapan panel dewan juri yang terdiri dari Taruna K. Kusmayadi (Ketua Umum APPMI), Susan Budihardjo (Pemilik Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo), Sofie (Desainer), Chitra Subiyakto (Creative Buyer Alun-Alun Indonesia), Melinda Babyanna (Editor in Chief Marie Claire Indonesia), dan Anastasia Tirtabudi (Head of Brand & Consumer Marketing Dulux).
Menarik untuk melihat bagaimana desainer generasi masa kini menafsirkan suatu tema dan mewujudkannya dalam bentuk busana. Round-neck outerwear lengan panjang warna putih bergambar figur wajah membalut kemeja yang kancingnya dikancing hingga ke bagian atas dari peserta nomor 1 atau midi dress peserta nomor 25 yang beraksen lipit-lipit di bagian bawah dan ruffle di bagian dada serta bahan unik di bagian lengannya menjadi contoh beberapa rancangan yang tampak sebagai interpretasi mild dari tagline lomba.
Beberapa rancangan lain seperti high-waisted pants berukuran longgar dipadu outerwear kotak-kotak dari peserta nomor 11 atau loose top putih berkerah agak tinggi yang dibuat dari patchwork beberapa bahan dari peserta nomor 15 tampak sebagai wujud interpretasi yang lebih eksploratif dan berani dari tagline kompetisi ini. “Tahun ini banyak peserta yang mengambil konsep wayang dan dayak dalam kompetisi,” ucap Taruna K. Kusmayadi selaku Ketua Dewan Juri. Dijelaskan juga olehnya bahwa 10 finalis terpilih dari tahap ini akan mendapat mentoring untuk mempersiapkan koleksi yang akan dipamerkan di IFW 2015 di mana akan terdapat 300 buyer lokal maupun internasional terlibat di dalamnya.
Dari 10 finalis tersebut akan dipilih Juara 1-3 serta pemenang favorit. Juara pertama IFDC 2015 akan mendapat hadiah-hadiah yang salah satu diantaranya adalah mengikuti Hong Kong Fashion Week dimana merupakan kesempatan bagi sang juara untuk menjaring buyer mancanegara, dan juga beasiswa studi selama 10 bulan di KOEFIA Inernastional Fashion Academy, Roma, Italia.