Liputan6.com, Yogyakarta - Direktorat Sabhara Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengingatkan, agar Bripda Muhammad Taufik Hidayat tetap rendah hati jika nanti sukses. Pemberitaan mengenai sosoknya yang sederhana jangan sampai membuat lupa diri.
Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Yulza Sulaiman mengingatkan adanya kasus polisi yang tenar setelah jadi bahan pemberitaan lalu berubah jalur ke dunia hiburan, yaitu Norman Kamaru. Yulza meminta kepada Taufik agar belajar dari kasus Briptu Norman tersebut.
"Kalau dia kan sudah Briptu kakaknya dia kan. Nah dia kan baru Bripda masih baru, makanya jangan sampai dia lupa siapa dirinya. Baju dia apa, polisi kan," ujar Yulza di Yogyakarta, Kamis 15 Januari 2015.
Yulza mengingatkan kepada Taufik agar tidak berpaling dari cita-citanya, tetap konsisten, dan kerja keras. Ia ingin melihat anak buahnya sukses di kepolisian.
"Apa yang sudah kamu pupuk cita cita dari awal jangan pernah padam. Sekarang kamu jadi polisi maka kamu tingkatkan," imbau Yulza.
Wakil Direktur Sabhara AKBP Pri Hartono juga berpesan kepada Taufik untuk memegang prinsip hidup yang sudah dipegangnya. Dia berharap, Taufik tidak melupakan siapa dirinya yang berasal dari korps kepolisian.
"Yang jelas jangan sampai lupa siapa dirimu. Jadilah dirimu sendiri prinsip komitmen bahwa kamu adalah anggota insan Bhayangkara. Jangan lupa diri," kata dia.
Taufik juga menegaskan, tidak akan meninggalkan kepolisian. Dia juga tidak akan lupa siapa dirinya sehingga akan tetap berusaha yang terbaik dalam sikap. "Nggak mungkin lupa lah mas. Nggak akan lupa."
Taufik hidup di rumah bekas kandang sapi. Rumah berdinding batako yang belum sepenuhnya tertutupi. Ia hidup bersama dengan ayah dan ketiga adiknya.
Advertisement
Aroma bau kandang sapi menjadi bau yang biasa dihirup setiap hari. Bripda Taufik mengaku sedih jika tidur di rumah. Sebab, rumah yang tidak muat untuk 5 orang itu membuat ayahnya harus tidur di mobil pikap. Mobil itu satu satunya benda berharga yang dimiliki keluarga yang hidup untuk mencari nafkah di Jongke Tengah Sendangadi Mlati, Sleman, Yogyakarta. (Mvi/Mut)