Liputan6.com, Jakarta - Menunda bukan membatalkan, itulah keputusan terakhir Presiden Joko Widodo d itengah desakan publik terkait status tersangka Komjen Polisi Budi Gunawan yang bakal mengisi posisi orang nomor 1 di tubuh Polri.
Strategi politik yang tepat di tengah himpitan berbagai kepentingan politis. Sejak awal, pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri telah menimbulkan tanda tanya.
Advertisement
Terlebih nama Budi Gunawan sesungguhnya telah terdaftar dalam rapor merah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan selalu dikaitkan dengan kepemilikan rekening gendut.
Inilah yang menjadi pertanyaan publik. Ada apa di balik pencalonan Budi Gunawan? Mengapa Presiden Jokowi seolah begitu ngotot ingin menjadikan Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Bola panas pun bergulir. Dalam hitungan hari, KPK langsung mengumumkan penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka untuk kasus dugaan tindak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji saat menduduki jabatan sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi SDM Polri periode 2003-2006.
Herannya, penetapan status tersangka Budi Gunawan tak menjadi bahan pertimbangan Komisi III DPR untuk menolak pencalonan Budi Gunawan.
Dalam uji fit and proper test dan sidang paripurna DPR, 8 fraksi meloloskan pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Hanya fraksi Partai Demokrat yang menolak.
Kekecewaan pun melanda para relawan Jokowi. Mereka bahkan membuat petisi kepada Presiden Jokowi yang berisi penolakan Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Wajar bila mereka kesal. Selama masa kampanye lalu, mereka sudah habis-habisan demi menaruh asa pada pemerintah Jokowi yang diharapkan bisa mewujudkan kabinet yang bersih dari korupsi.
Karier Jenderal bintang 3 ini terbilang cemerlang. Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan merupakan salah satu perwira terbaik Polri. Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 11 Desember 1959, menjadi lulusan terbaik Akademi Kepolisian angkatan 1983.
Saat berpangkat Komisaris Besar Polisi, Budi Gunawan pernah menjadi ajudan presiden di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri tahun 2001 hingga 2004.
Komjen Budi Gunawan juga menjadi peraih penghargaan Adhi Makayasa yang bergengsi karena selalu meraih peringkat 1 dan menjadi lulusan terbaik di setiap jenjang pendidikan Polri. Karier Budi Gunawan pun melenggang mulus.
Seiring dengan kariernya yang cemerlang, pada 2010 nama Budi Gunawan dikaitkan dengan dugaan kepemilikan rekening gendut. Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Budi Gunawan tercatat memiliki harta kekayaan senilai Rp 22,65 miliar. Pada 2013, jumlah ini bertambah 5 kali lipat dibandingkan catatan harta 5 tahun lalu.
Aset yang diduga dimiliki calon kapolri Komjen Budi Gunawan juga tersebar di beberapa wilayah. Salah satunya sebuah objek wisata yang memiliki wahana outbond dan penginapan serta kolam renang di kawasan wisata Puncak, Gadog, Bogor, Jawa Barat.
Ada lagi hotel di Bandung, Jawa Barat yang kesemuanya diduga atas nama Muhammad Herviano Widiatama yang merupakan putra Budi Gunawan.
Publik kini menanti akan ke mana lagi bola panas ini bergulir. Akankah KPK melakukan penangkapan terhadap Budi Gunawan atau sebaliknya Presiden Jokowi akhirnya melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri?
Lalu apa pendapat warga? Setujukah warga jika kelak memang Budi Gunawan terpilih sebagai Kapolri? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (18/1/2015), di bawah ini. (Vra)